Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Komaruddin Hidayat. Foto: Sumaryanto
Komaruddin Hidayat. Foto: Sumaryanto

Agama, Bahasa, dan Budaya

Tri Kurniawan • 18 Juni 2015 17:03
Oleh: Komaruddin Hidayat (cendikiawan muslim)
 
SAYA akan mengetengahkan satu renungan atau refleksi tentang agama, bahasa, dan budaya. Agama kita yakini datang dari Allah yang maha gaib. Bahasa adalah suatu realitas bumi dan budaya merupakan kreasi manusia. Bagaimana ketiganya bisa berhubungan.
 
Dalam konteks Islam, kita yakini isi Alquran dari Allah, bahwa semua agama dari Allah. Allah Maha Gaib ingin berkomunikasi dengan penduduk bumi. Maka, mau tidak mau, mesti menggunakan medium bahasa bumi, dalam konteks ini Alquran berbahasa Arab.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dalam ritual, kita bisa saja menggunakan bahasa sebagaimana diajarkan Rasulullah. Tapi, ketika kita berpikir sesungguhnya kita ini produk budaya. Bahasa sendiri produk budaya. Agama mempengaruhi bahasa, bahasa mempengaruhi budaya, budaya mempengaruhi bahasa, dan juga bahasa mempengaruhi paham keagamaan.
 
Misalnya pada masyarakat yang berkasta-kasta tidak sejalan dengan paham egalitarianisme. Menarik untuk kita bayangkan, ketika saya membaca Alquran atau sembahyang, merenungkan maknanya dengan bahasa ibu. Agama tidak mugkin berkembang tanpa bantuan budaya dan bahasa. Bisa saja dia berbenturan, tapi bisa juga dia dibantu.
 
Sebab, budaya ibarat tubuh dan bahasa ruhnya. Ruh tanpa tubuh tidak bisa berkembang. Tubuh kehilangan ruh akan kehilangan ruh kehidupan. Agama Kristiani yang lahir di Timur Tengah sekarang menggunakan medium bahasa Inggris. Islam yang menggunakan bahasa Arab, tapi ketika ke Indonesia akan ceramah pakai bahasa Indonesia.
 
Dengan demikian, agama berkembang dan tumbuh bersama budaya akan melahirkan kebudayaan baru. Misalnya sering disebut Islam Nusantara. Islamnya satu, tapi bagaimana tumbuh tidak luput dari pengaruh lokal. Salat jelas agamis, tapi arsitektur masjid sangat berbudaya. Menara adalah tempat api yang tidak Islami, untuk pemujaan dan api abadi. Ketika Islam menaklukkan berapa daerah yang punya menara, menaranya diabadikan, isinya diganti.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TRK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif