Fase pertama 10 hari awal Ramadan dikenal sebagai tahapan rahmat dan rahman Allah SWT kepada mereka yang berpuasa. Fase kedua 10 hari pertengahan Ramadan sebagai tahapan maghfirah atau ampunan Allah SWT. Fase ketiga 10 hari terakhir sebagai pembebasan dari api neraka.
Hal tersebut dipaparkan rohaniawan Mabes Polri Kombes H M Yahya Agil saat ceramah Ramadan usai salat Zuhur di Masjid Baitut Tholibin, Komplek Kemendikbud, Jakarta, Rabu (24/6/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Yahya, fase pertama Ramadan sebagai rahmat dan rahman-Nya mesti dibangun kasih sayang sesama manusia dan makhluk Allah SWT.
Membangun kasih sayang Allah harus dari kita sehingga kasih sayang terus memancar secara horizontal dan vertikal. Ia mengutip hadist yang menyatakan, "Kasihi dan sayangilah orang yang ada di bumi dan kamu akan dikasih dan disayangi makhluk Allah di langit."
Dalam konteks puasa, kasih sayang tersebut dapat diimplementasikan dengan menyontoh Rasulullah SAW yang sangat dermawan di bulan Ramadan. Bahkan, kedermawanan Rasul seperti angin.
"Tentu, mari semampu kita berbuat kasih sayang dengan meneladani akhlak Rasulullah seperti memperbanyak sedekah, berbagi pada sesama khususnya mereka yang kekurangan, serta memberi makanan berbuka bagi yang berpuasa," cetus lulusan jurusan dakwah Fakultas Ushuludin UIN Syarief Hidayatullah Jakarta itu.
Dalam memasuki 10 hari tahap kedua Ramadan, menurut Yahya, dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meraih kasih sayang Allah SWT dengan memperbanyak mohon ampunan.
Dia mengingatkan agar umat Islam memperbanyak zikir dan doa "Wahai Allah sesungguhnya Engkau pemaaf maka maafkan lah kami."
"Meminta maaf kepada orang tua, keluarga, sahabat, dan handai taulan maupun sesama rekan sekerja," ujarnya.
Hemat dia, kasih sayang Allah SWT yang tak ada batasnya tersebut merupakan cerminan kasih sayang-Nya pula dengan memberikan waktu Ramadan kepada umat manusia beriman untuk membersihkan diri.
"Ramadan juga artinya pembakaran, di mana manusia dengan proses tersebut dibersihkan dari kotoran-kotoran kesalahan dan kekhilafannya sebagai hamba Allah yang lemah," ujar Sekretaris Pusat Sejarah Mabes Polri itu.
10 hari terakhir Ramadan menjadi momentum umat beriman yang berpuasa melalui kegiatan itikaf sebagai kontemplasi atau perenungan sekaligus penyempurnaan puasa. "Inilah tahapan pembebasan manusia dari api neraka yang dapat ditempuh dengan itikaf dan sejenisnya," ungkapnya.
Dia berharap umat Islam dapat menjaga suasana puasa dengan khusyuk dan menjaga kebersamaan. "Mari kita bangun suasana saling menghormati dan menghargai satu sama lain dengan baik," pungkas Yahya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)