Pakkat terbuat dari pucuk rotan yang dipotong pada bagian pucuk lalu dibakar hingga duri bagian kulit habis terbakar. Sedangkan daging rotan yang masih muda menjadi menu utama saat berbuka puasa. Inilah yang disebut Pakkat. Peminat harus mengeluarkan Rp 5.000 untuk menikmati sepotong Pakkat dengan ukuran 2 sentimeter dan panjang sekira 30 hingga 40 sentimeter.
Saat ditemui, Rabu (2/7/2014), Delima Lubis, 36, tengah sibuk mempersiapkan Pakkat yang hendak dijual. Pedagang Pakkat di pasar tradisional Padang Sidempuan itu 10 tahun terakhir rutin menjual makanan ini saat Ramadan. "Tiap tahun saya menjual Pakkat untuk menu puasa," ujarnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia berjualan bersama kedua orang tuannya. Bermodalkan sebuah becak ia menjajakan Pakkat keliling Kota Padang Sidempuan. Sehari ia bisa melego hingga 250 potong. Hasil penjualan dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Delima menjelaskan, batang rotan muda menjadi incaran masyarakat setempat setiap Ramadan. Tak jarang ada warga yang memborong dalam jumlah yang banyak. Pakkat tersebut menjadi bahan campuran sambal dan juga sayuran. "Akan terasa gurih, tergantung selera peminat," ujarnya.
Pedagang lain, Umi Kalsum Panggabean, 41, mengaku mendapatkan Pakkat dari Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. "Pakkat dipasarkan setiap bulan puasa, sedangkan pada hari biasa Pakkat tidak ditemukan di pasar tradisional Padang Sidempuan," jelas Umi.
Warga Kota Padang Sidempuan, Rina, 25, mengaku selama Ramadan selalu berburu Pakkat di pasar tradisional Padang Sidempuan. Pakkat, kata Rina, sudah menjadi ciri khas Ramadan di Tapanuli Bagian Selatan. Menurut Rina, Pakkat bisa menambah selera makan, juga sangat nikmat bila dihidangkan bersama nasi saat berbuka puasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DOR)