Bubur samin merupakan hidangan khas Banjar, Kalimantan Selatan. Kenapa ada di Solo karena pada abad 20 awal, masyarakat Banjar merantau ke Solo.
“Mulai 1930-an dibangun langgar di wilayah ini," kata Haji Muhammad Rasyidi, selaku takmir Masjid Darussalam, kepada Metrotvnews.com, Kamis (18/6/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Bubur Samin merupakan salah satu budaya Banjar yang dibawa ke Masjid Darussalam, Jayengan, Solo. Hingga 1985 bubur ini hanya dinikmati jamaah internal masjid yang kebanyakan merupakan orang asli Banjar. Namun, seiring waktu bubur ini dibagikan kepada masyarakat.
Bubur samin memiliki aroma khas dan cita rasa rempah-rempah yang kuat. Dalam satu hari Masjid Darussalam mampu menghabiskan 45 kilogram beras untuk membuat bubur ini. Pengurus masjid juga mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membeli daging sapi. "Alhamdulillah selalu ada bantuan," ujarnya.
Bubur dimasak oleh 12 orang sejak siang hari untuk menghasilkan 1.000 porsi. “Yang 800 porsi kita bagikan ke masyarakat, sisanya kita makan untuk takjil jamaah di masjid ini,” tambah Rasyidi.
Evina, 48 tahun, warga Baluwarti, Solo, mengaku sengaja datang untuk merasakan bubur samir. ”Kalau tak makan bubur ini rasanya ada yang kurang lengkap saat Ramadan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)