Dua gunungan berisi sumpil ini, sebelumnya diarak dari makam Wali Hasan Abdullah atau lebih dikenal dengan Eyang Pakuwaja, menuju bukit Jabal di Kaliwungu.
Zaenal Arifin, pengurus makam Eyang Pakuwaja, mengatakan dua gunungan sengaja diperebutkan warga sebagai bentuk berbagi keberkahan antarsesama.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Menjadi tradisi setiap menjelang puasa Ramadan ada gerebek sumpil. Mengingatkan kepada semua manusia sekaligus mendoakan para leluhur," kata Zaenal, Kamis (19/5/2016).
Sobirin, salah satu warga mengaku makanan sumpil sudah jarang ditemui. Sobirin yakin tradisi sumpil mampu membawa keberkahan bagi warga.
“Saya susah payah berebut sumpil agar mendapatkan berkah. Masyarakat percaya yang bisa berebut sumpil Insya Allah hidupnya tenteram dan selalu mendapat berkah," kata Sobirin.
Tradisi sumpil dilakukan warga Kaliwungu Kendal dengan mendatangi kompleks makam Eyang Pakuwaja di bukit Jabal. Usai dibacakan doa, gunungan diarak dan menjadi rebutan warga.
Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja, dianggap sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di wilayah pesisir Kendal. Bahkan sejarah berdirinya Kabupaten Kendal, sedikit banyak dipengaruhi oleh kejayaan dan perjuangan Pakuwaja.
Tradisi gerebek sumpil dengan mengirab gunungan berisi makanan khas kKliwungu, mengandung filosofi keberkahan manusia dalam menjalani hidup. Sumpil yang dibungkus dari daun bambu, mempunyai makna agar manusia bisa berguna seperti bambu yang yang berguna untuk apa saja.
Selain itu, sumpil yang berbentuk segitiga mengandung makna, manusia harus mampu berhubungan baik dengan pencipta dan sesama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)
