Bubur pedas dan bubur sup memang sudah menjadi bagian dari sejarah dan kebudayaan Kota Medan, Sumatera Utara. Sejak dulu, dua makanan itu menjadi santapan khusus setiap Ramadan bagi warga Melayu.
Banyak orang yang mengira bubur yang dibagikan di Masjid Raya Medan Al Mahsun adalah bubur pedas. Tetapi, Haji Zulkifli yang merupakan Khadam Masjid Raya Medan Al Mahsun meluruskan anggapan bahwa sejak 1960-an bubur yang dibagikan adalah bubur sup.
"Dulu, sejak berdiri masjid memang yang dibagikan bubur pedas. Itu makanan sultan. Bahan-bahannya rumit, karena itu belakangan yang dibagikan adalah bubur sup," sebut Haji Zulkifli, Selasa (7/6/2016) di Masjid Raya Al Mahsun Medan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

(Petugas masjid membagikan bubur sup di sebuah masjid di Medan, MTVN - Budi Warsito)
Zulkifli mengatakan, masyarakat Medan biasanya menyantap bubur pedas atau bubur sup bersama menu Anyang, yaitu sayur pakis dan toge yang diolah sedemikian rupa dengan cabai, udang kering, kelapa kukur goreng dan asam jeruk.
Bubur sup berbahan dasar beras dengan ditambah daging dan sayuran, berupa kentang, wortel, serta bumbu sup, seperti merica dan daun seledri.
"Bahan bubur pedas lebih rumit dan pembuatannya lebih merepotkan dari pada bubur sup," jelas Haji Zulkifli.
Bubur sup Masjid Raya Al Mashun dibagikan gratis kepada masyarakat Kota Medan yang ingin berbuka puasa bersama di masjid kebanggaan Kota Medan itu.
Meskipun begitu, masyarakat sekitar yang ingin mendapatkan dan membawanya pulang hanya cukup datang dan antre setiap sore sebelum waktu berbuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (RRN)
