Meski tanpa dilengkapi pengamanan, perahu tradisional tersebut dipenuhi pemudik. Alat transportasi itu merupakan satu-satunya jalan jika ingin menuju ke Giligenting dan Giliraja.
Para pemudik memaksakan diri naik perahu tradisional demi merayakan Lebaran bersama keluarga. Tak pelak, mulai dari orang dewasa, remaja, hingga balita, berdesakan menaiki perahu tradisional.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Risto, salah seorang penumpang, mengaku mudik lebih awal mengantisipasi datangnya cuaca buruk. "Saya juga ingin segera berkumpul bersama keluarga," katanya, Rabu (8/7/2015).
Sulham, pemilik perahu, mengatakan memasuki H-9 Lebaran, jumlah penumpang meningkat 100 persen dari hari biasa. Bahkan, saking banyaknya penumpang, perahu terpaksa mengangkut penumpang melebihi kapasitas yang semestinya.
"Biasanya perahu hanya dapat mengakut 30 penumpang per perahu, pada saat ini 40 hingga 50 lebih penumpang kami naikkan," katanya.
Sebanyak 8 perahu tradisional siap mengantarkan para pemudik pulang kampung. Setiap hari, perahu itu mengangkut penumpang dua hingga tiga kali dengan jarak tempuh satu jam perjalanan.
"Kami berharap pemerintah Kabupaten Sumenep memperhatikan transportasi yang memadai menuju Giligenting dan Giliraja. Apalagi kepulauan ini memiliki sumber kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi yang juga ikut menyumbang pendapatan daerah," kata Sulham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)