medcom.id, Jakarta: Soal anak putus sekolah menjadi ajang adu ide antara dua calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama. Masalah ini ditanyakan Anies saat sesi debat antara pasangan calon gubernur di debat putaran kedua Pilkada DKI.
Anies menjelaskan, Jakarta memiliki 116 ribu dari 480 ribu anak usia 16-18 tahun yang putus sekolah. Hal ini bisa menjadi bom waktu pengangguran bila tidak ditanggulangi.
"Mereka harus punya masa depan," kata Anies dalam debat pilkada DKI Jakarta, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu 12 April 2017.
Ahok mengaku tak bisa memaksa anak-anak itu bersekolah bila mereka sudah terlalu lama tidak mengenyam bangku pendidikan. Dia lebih memilih mereka menjadi pegawai harian lepas yang bekerja sebagai tukang.
Anak putusan sekolah, kata dia, akan dibayar sesuai upah minimum provinsi (UMP) serta mengantongi sertifikat. Dengan bekal sertifikat ini mereka bisa pindah ke perusahaan yang bisa memberikan bayaran lebih baik.
Anies mengaku memiliki ide yang sejatinya sama dengan Ahok. Namun, dia akan lebih merangkul pihak swasta dan masyarakat sipil.
Anies menjelaskan, Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus yang diusung akan beda dengan sebelumnya. Kartu sakti itu bisa digunakan anak putus sekolah untuk membayar kursus supaya keterampilannya bertambah.
Penyataan itu ditanggapi dingin oleh Ahok. Dia merasa sudah maksimal bekerja sama dengan pihak swasta. Dia menegaskan, memasukkan anak putus sekolah menjadi pegawai harian lepas banyak membantu perusahaan.
Namun, Anies tetap kukuh merasa pendekatan yang ditawarkan lebih baik. Dia berjanji akan membangun konsorsium untuk mengelola dana
corporate social responsibility (CSR). "CSR) bukan cuma dari yang kenal gubernur. Mungkin nanti muncul nama (perusahaan) tak dikenal," kata Anies.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((OGI))