Jakarta: Lini massa di media sosial Twitter sejak semalam ramai dengan perang tagar antara #GanjarKalahPrabowoMenang dengan #GanjarTakTakutPakDirman. Dua tagar yang sempat menjadi topik terpopuler (trending topic) nomor satu Indonesia itu membuat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah kian memanas.
Ketua Tim Pemenangan pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin, Bambang Wuryanto, tidak masalah dengan perang tagar dengan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah. "Asal masih dalam batasan undang-undang," kata Bambang melalui keterangan tertulis, Kamis, 31 Mei 2018.
Dia pun yakin masyarakat Jawa Tengah tidak akan tebelah dengan perang tagar itu. “Saya yakin Jateng akan tetap kondusif sebagai entitas bangsa. Semua menjaga persatuan,” katanya.
Disinggung soal penggunaan kata Sudirman Said menjadi ‘Pak Dirman’ yang mengacu pada nama Jenderal Besar Sudirman, Bambang melihat hal itu terlalu jauh. Bagi dia, dari segi mana pun, karakter Jenderal Soedirman jauh dengan Sudirman Said.
“Sosok Jenderal Soedirman sudah sangat dikenal di masyarakat Jateng. Mohon maaf kalau menyetarakan rasanya jauh panggang dari api,” kata ketua DPD PDIP Jateng itu.
“Pak Dirman (Jenderal Soedirman) adalah karakter militer yang keras tanpa kompromi dan bersedia bergerilya, dicintai pasukannya. Karakter Pak Sudirman Said adalah karakter akademisi yang santun. Jadi, jauhlah.”
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan penggunaan slogan Pak Dirman oleh cagub Jateng Sudirman Said dinilai sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak popularitas nama.
"Penggunaan nama itu bertujuan agar namanya dikenal, disukai, dan dipilih oleh masyarakat. Kan bahasa Pak Dirman sudah populer sebagai pahlawan nasional Jenderal Soedirman," ucapnya.
Namun, penggunaan nama Pak Dirman oleh Sudirman Said baru pada level dikenal. "Saat ini kan tingat popularitas Sudirman Said masih rendah. Sehingga ini hanya bagian dari strategi agar dikenal masyarakat," ungkapnya.
Meski demikian, kata Pangi, identifikasi nama Pak Dirman belum menjamin keterpilihan Sudirman Said pada pilkada mendatang. "Untuk memilih pemimpin masyarakat harus mengenal, menyukai, baru dipilih. Sebenarnya untuk dipilih belum tentu," kata dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/wkBnJxak" allowfullscreen></iframe>
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((UWA))