Jakarta: Dinamika politik yang terjadi di Kabupaten Kampar, Riau, dinilai sangat unik dan rumit.
Partai politik diminta mempertimbangkan unsur keterwakilan suku untuk dapat memenangkan
Pilkada Kabupaten Kampar 2024.
"Idealnya kandidat dari Suku Ocu diduetkan dengan Suku Jawa. Harus ada kombinasi representasi keterwakilan suku bila ingin membangun koalisi yang kuat dengan peluang kemenangan cukup besar," ujar pengamat politik, Tito Handoko, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Kampar terdiri dari bermacam-macam suku dan terbagi beberapa wilayah. Masing-masing suku maupun wilayah punya arah dukungan politik sendiri-sendiri berdasarkan kepentingannya masing-masing.
Suku besar di Kampar yaitu suku Ocu atau suku asli secara persentase berkisar 40 persen. Kemudian, suku Jawa 33 persen, suku Minang 17 persen, 8 persen suku Batak, dan 2 persen suku lain.
Menurut dia, bila keterwakilan suku-suku yang ada di tidak bisa dipaksakan dalam koalisi, representasi wilayah harus menjadi pertimbangan para kandidat. Misalnya, ada wilayah Rantau Kampar Kiri, wilayah Tapung Raya, wilayah XIII Koto, wilayah Siak Hulu, Bangkinang 5 Koto, Tambang, dan Siak Hulu.
"Pemilih di wilayah Kampar Kiri tentu akan pro kepada tokoh dari wilayah mereka, sebaliknya orang di wilayah Tapung Raya cenderung akan memilih tokoh dari wilayah mereka sendiri. Tentu duet atas dasar pertimbangan representasi wilayah sangat penting bila calon ingin peluang kemenangan lebih besar," ungkap Tito.
Berdasarkan analisis, kata Tito, pertarungan akan berlangsung ketat di jalur tengah. Mengingat ramainya calon dari jalur tengah atau wilayah lima Koto, maka pertarungan akan panas, bahkan para kandidat justru saling "bunuh" di jalur tengah tersebut.
"Coba kita lihat peta representasi teritorial kandidat Bupati Kampar berikut ini," ujar dia.
Secara garis besar, nama-nama yang akan bertarung di ajang pilbup kali ini mayoritas dari jalur tengah, seperti Edwin Pratama Putra, Yusri, Ahmad Yuzar,Yuyun Hidayat dan Misharti. Termasuk Rahmat Jevary Juniardo (Ardo) dari jalur yang sama, yaitu jalur tengah.
"Edwin Pratama Putra yang berasal dari Bangkinang, Yuyun Hidayat berasal dari Tambang. Terakhir ada Yusri dan Ardo juga dari Bangkinang. Mereka mereka ini merupakan kandidat representasi jalur tengah," ujar dia.
Dengan situasi peta politik yang demikian, calon representasi teritorial tengah ini diprediksi tak satu pun yang bisa memenangkan pertempuran. Mereka justru akan saling 'bunuh', sehingga kandidat dari teritorial kanan atau kiri yang akan berpeluang besar keluar sebagai pemenangnya.
"Dari peta yang saya uraikan tadi, maka secara matematis, duet Repol - Ardo peluang menangnya lebih besar ketimbang Yusri Ardo. Karena duet Repol - Ardo gabungan wilayah Kampar Kiri dan Kampar bagian tengah, sementara Yusri - Ardo dari wilayah dan suku yang sama, kampungnya pun sama, yaitu sama sama dari Kenegerian Bangkinang," ujar dia.
Di samping itu, dia menjelaskan, perpaduan Repol dan Ardo mewakili partai yang punya basis kuat di Kampar, yakni Golkar dan Demokrat.
"Oleh karena itu, penerimaan publik pada duet Repol - Ardo sangat bagus, Selain karena representasi wilayah ada juga faktor kiprah partainya yang terekam baik di memori publik Kampar," ujar dia.
Selain itu, lanjut dia, momentun Repol cukup bagus untuk maju sebagai calon bupati. Sebab, tingkat elektabilitasnya selalu tertinggi di berbagai survei.
"Hal itu juga dibuktikan dari peroleh suara Pileg yang lalu, di mana Repol merupakan caleg provinsi yang meraih suara tertinggi di Kampar, yakni mencapai hampir 24 ribu suara," ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AZF))