Semarang: Radikalisme dan kekerasan menjadi isu dalam Debat Terbuka I Pemilihan Gubernur Jawa Tengah di Hotel Patrajasa, Kota Semarang, Jumat, 20 April 2018. Menurut calon gubernur nomor urut 1 Ganjar Pranowo, radikalisme dan kekerasan sudah diupayakan untuk diminimalisasi selama dirinya menjabat sebagai Gubernur Jateng periode 2013-2018.
Ganjar mengatakan Jateng memiliki enam eks-keresidenan dengan pendekatan yang berbeda. Ia mendiskusikan cara untuk menuntaskan masalah itu melalui musyawarah.
"Sebab guyub rembukan, cara untuk menyelesaikan masalah, melibatkan Majelis Ulama Indonesia, forum umat agama, forum pimpina daerah untuk mencegah perselisihan, kekerasan, dan radikalisme," ungkap Ganjar, calon nomor urut 1, itu dalam Debat Terbuka I Pilgub Jateng di Hotel Patrajasa, Kota Semarang, Jumat, 20 April 2018.
Pendidikan karakter pun penting. Lantaran itu, ungkap Ganjar, ia melibatkan perguruan tinggi dan budayawan terlibat untuk membangun karakter. Sehingga masyarakat Jateng memiliki Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai benteng dari serangan apapun.
"Kami juga Insyaallah kami akan membuat perpustakaan di pesantren dengan menjadikan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika," tambah Taj Yasin Maimun, pendamping Ganjar, sebagai calon wakil gubernur Jateng.
Lain lagi dengan calon gubernur nomor urut 2 Sudirman Said. Ia mengatakan warga Jawa Tengah adalah masyarakat yang santun dan religius. Menurut Sudirman, semua itu bisa diatasi dengan menempatkan pemimpin sebagai pihak yang adil.
"Agar keadilan dapat menjangkau semuanya, merajut persatuan," ungkap Sudirman.
Alasannya, Jateng memiliki banyak warna dan ragam budaya. Banyak hal yang diwariskan pada warga Jateng mulai dari sejarah, budaya, dan sejarah penyebaran agama.
Pemimpin, ujarnya, harus dapat menjaga warisan itu dalam keberagaman. Nilai-nilai baik diadaptasikan, misalnya kejujuran dan kerja keras.
"Insyaallah lingkungan akan tenang," lanjutnya.
Sementara Ida Fauziyah, calon wakil gubernur pendamping Sudirman, mengatakan perbedaan dapat disatukan. Sehingga perbedaan tak menjadi jurang pemisah.
"Jadi semangat yang harus dibangun adalah cinta tanah air. Itu yang menjadi kunci menyatukan perbedaan," ungkap Ida.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((RRN))