Jakarta: Calon Gubernur (Cagub) Nomor Urut 2 DKI Jakarta, Dharma Pongrekun mengungkit soal covid-19 yang menurutnya merupakan agenda terselubung dari pihak asing untuk "infiltrasi kedaulatan negara".
"Istilahnya saja ikut, kenapa bukan Tofik, kenapa mengikuti covid," ujar Pongrekun mengatakan bangsa Indonesia secara buta mengikuti istilah asing.
"PCR yang dipakek itu bukan untuk mengetes virus, kenapa harus dicolok-colok, kenapa tidak mengambil ludah," ujar Pongrekun.
Melansir Siloamhospitals, Prosedur
polymerase chain reaction test atau tes PCR adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menunjang penegakkan diagnosis dari suatu penyakit.
Prosedur ini bertujuan untuk mendeteksi material genetik RNA atau DNA dari bakteri ataupun virus yang memiliki teknik amplifikasi.
Berdasarkan Siloamhospitals, prosedur PCR melibatkan 3 tahap yaitu ekstraksi material genetik dari sampel, penggandaan (amplifikasi) materi genetik, dan pembacaan hasil.
Sampel materi genetik ini dapat diambil dari droplet atau percikan air liur atau dahak.
Pemeriksaan PCR dilakukan dengan mengambil sampel tersebut menggunakan kapas lidi khusus yang bertangkai panjang, biasanya berupa cotton bud yang dimasukkan ke dalam hidung mencapai nasofaring selama 15 detik.
Sebetulnya dalam tes Swab PCR terdapat dua metode, dari Nasofaring (ujung hidung( dan Swab Orofaring (tenggorokan) yang telah dikonfirmasi oleh pihak alodokter.com.
Berdasarkan alodokter.com, terkait mengapa tidak dilakukan pemeriksaan tenggorokan biasanya kebijakan laboratorium dan alat yang tersedia di masing-masing fasilitas medis.
Melansir pihak alodokter, banyak studi yang menyatakan bahwa swab nasal atau nasofaring memiliki sensitivitas lebih tinggi atau dapat mendeteksi virus lebih baik.
Alasan mengapa Dharma Ponrekun merasa metode ini merupakan hal yang buruk masih belum dijelaskan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((SUR))