Jakarta: Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat (Pilkada Jabar) 2018 dinilai hanya akan diwarnai dua persaingan ketat dari empat pasangan calon yang bertarung. Persaingan itu akan membuahkan kemenangan bila pasangan calon berhasil merebut hati suara pemilih cair, ragu dan belum menentukan pilihan (
soft supporter).
Berdasarkan analisis hasil survei terbaru dari Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) terkait dengan preferensi pemilih dalam Pilkada Jabar, elektabilitas Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (RINDU) sebesar 38,0% dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Dua DM) sebesar 36,6%. Sedangkan,
soft supporter sebesar 39%.
"Siapa yang akan menjadi pemenang, sangat tergantung kemana larinya suara pemilih cair, ragu dan belum menentukan pilihan (
soft supporter) sebesar 39%. Namun, potensi kemenangan tetap ada pada dua pasang, yaitu RINDU dan Dua DM," kata Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah dalam keterangannya, Jumat, 22 Juni 2018.
Survei dilakukan pada 7 Juni-14 Juni 2018 dengan metode multi stage random sampling. Seluruh pemilih di Jabar dipilih secara random dan wawancara tatap muka. Jumlah responden 440, dengan
margin of error sebesar 4,8%.
Namun merujuk pada survei LSI Denny JA Maret 2018, pasangan RINDU dan Dua DM sama-sama mengalami penurunan. Dua DM sebelumnya unggul tipis dengan 43,2%, disusul RINDU dengan 39,3%.
Pada survei terbaru ini, 'RINDU' yang juga turun 1,3% mulai menyalip 'Dua DM' yang turun sekitar 6%. Kendati demikian, masih sulit untuk dibilang siapa pemenangnya karena keunggulan RINDU masih dalam
margin of error 4,8%.
"Termasuk, dukungan yang tersebar di aneka segmen demografis seperti suku, agama, usia, pendidikan, tingkat penghasilan, pemilih partai, masih belum merata pada kandidat tertentu," beber dia.
Menurut dia, kedua pasangan itu masih sangat mungkin saling salip, tergantung kemampuan dan kecerdasan masing-masing dalam memanfaatkan sisa waktu kurang lebih tujuh hari ini untuk merebut soft supporter sebesar 39%.
"Siapa yang bisa mengambil suara terbanyak dari
soft supporter ini, mereka lah pemenangnya. Khususnya, tentu dua pasangan bernomor urut 1 dan 4 ini," ujar dia.
Dua pasangan lainnya yakni Hasanudin-Anton Charliyan (HASANAH) mengalami kenaikan menjadi 7,7% dan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (ASYIK) sebesar 8,2%. Tapi, perolehan kedua pasangan itu cukup sulit untuk menyalip 'RINDU' dan 'DUA DM' dalam waktu yang tinggal tujuh hari ini. Kecuali, terjadi tsunami politik atau money politik yang masif. Meskipun, keduanya sama-sama punya tren naik.
Toto menjelaskan, kenaikan elektabilitas pasangan 'ASYIK' dan 'HASANAH', disumbang oleh kedua wakil masing-masing, yaitu Ahmad Syaikhu dan Anton Charliyan dengan kenaikan sekitar 2% sampai 3%.
"Sementara, pasangan 'RINDU' yang sekarang memimpin tipis disumbang oleh wakilnya, Uu Ruzhanul Ulum yang mengalami kenaikan baik pengenalan (30% menjadi 37%) maupun elektabilitas personalnya dari 16% menjadi 18,4%. Terjadi sebaliknya pada Dedi Mulyadi yang semula unggul dan penyumbang terbesar elektabilitas 'Dua DM' mengalami penurunan elektabilitas personalnya dari 38% menjadi 33%," jelas dia.
Meski tidak dipotret secara khusus lewat survei kualitatif (FGD), penurunan elektabilitas Dedi Mulyadi diduga karena masifnya kampanye hitam (negative campaign). 'Dua DM' bisa diuntungkan kecendrungan prilaku pemilih di lapis grassroot yang tidak tersentuh kampanye hitam lantaran terbatasnya akses publik terhadap media dan medsos. Begitu juga dengan masyarakat bawah yang belum kenal tiga pasangan lainnya kecuali Deddy Mizwar yang kerap muncul di iklan dan sinetron di TV.
"Sehingga, saat memilih nanti, mereka tahunya hanya Deddy Mizwar, tidak yang lainnya," ucap dia.
Selain elektabilitas dan distribusi segmen demografis, LSI Denny JA juga memotret seputar Debat Kandidat dan Isu #2019GantiPresiden. Hasilnya, sebanyak 73,4% publik di Jabar tidak mengetahui dan tidak menyaksikan debat kandidat di televisi yang sudah disiarkan. Hanya 26,6% publik yang mengetahui dan menyaksikan.
Sementara itu, publik yang menyaksikan debat sebesar 30,8% mengungulkan 'RINDU', 25,6% mengunggulkan 'Dua DM', sebesar 6% untuk pasangan ASYIK dan 3,4% untuk 'HASANAH'. Tapi, belum dapat dipastikan apakah dari mereka yang mengunggulkan dalam debat otomatis memilih pasangan tersebut.
"Namun jika dilihat dari urutan elektabilitas pasangan, mulai dari 'RINDU' sampai 'HASANAH', sepertinya ada kaitan antara persepsi mengunggulkan dalam debat itu dengan pilihan. Misalnya, RINDU yang memimpin elektabilitas dipersepsi tertinggi oleh 30,8% yang mengunggulkan. Disusul Dua DM dengan 25,6%, 'ASYIK' dan 'HASANAH'," ungkap dia.
Khusus isu #2019GantiPresiden, jelas Toto, 53,6% publik di Jawa Barat mengetahui dan 46,4% tidak tahu. Dari publik yang mengetahui itu, 34,1% setuju dengan isu itu, 14,1% sangat setuju, 20,5% kurang setuju 9,1% tidak setuju sama sekali dan 22,2% mengaku tidak tahu dan tidak jawab. "Jika digabung menjadi 48,2% setuju (dengan isu #2019GantiPresiden)," pungkas Toto.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((YDH))