The economic impact of this virus is very dramatic, nothing like this has ever happened in our lifetime. But money, you know, bring the economy back and money, that’s more of a reversable thing. We’re going to take the pain in the economic dimension, huge pain, in order to minimize in the death dimension.
– Bill Gates, Co-founder of Microsoft Corporation
KUTIPAN ini saya ambil dari sebuah acara dialog virtual yang saya tonton langsung di situs resmi TED, sebuah organisasi mediaonlineberbasis di Amerika Serikat. Pada dialog tersebut, sang pewawancara bertanya, jika Bill Gates menjadi presiden, apa kebijakan yang akan diambil dalam menangani pandemi corona virus (Covid-19) ini?
Dengan yakin Bill menjawab bahwa tidak ada pilihan lain selain tetap menerapkan isolasi dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, perlu dilakukan tes kesehatan pada warga setiap hari dan dievaluasi perkembangannya tiap minggu untuk mengetahui kurva perkembangannya.
Setidaknya seperti yang terjadi di China, dalam enam minggu terakhir, jumlah yang terinfeksi dapat dikatakan rendah. Kebijakan ini perlu dipertahankan dengan pesan yang jelas dan kuat pada masyarakat. Filantropis yang beberapa tahun lalu pernah mengingatkan akan adanya pandemi baru itu mengakui, kebijakanshut downakan lebih mudah dilakukan di negara maju dibandingkan negara-negara berkembang. Sebab, negara berkembang tidak mempunyai kemewahan untuk menerapkanphysical distancing.
Diskusi online
Ada hal menarik yang bisa diambil dari sesi dialog ini. Selain isi diskusi yang tentu saja berbobot karena pembicaranya, tetapi juga ada hal lain yang menarik; acara ini digelar secaraonline. Ketika perhatian atas Covid-19 terjadi, orang-orang di seluruh dunia memikirkan kembali pertemuan-pertemuan besar.
Tidak ada lagi kumpul-kumpul, universitas memindahkan ruang kelas ke ruang-ruang virtual, dan lebih banyak perusahaan menerapkan kebijakan kerja dari rumah dalam beberapa pekan terakhir. Pandemi telah menggeser cara orang bekerja, bersosialisasi, termasuk dalam menggelar sebuah acara.
Pergeseran ini juga memberikan dampak besar bagi penyelenggalaraan acara besar. South by Southwest (SXSW), sebuah festival media tahunan di Austin, Texas, dibatalkan 6 Maret karena wabah. Coachella pun ditunda hingga akhir pekan 9 Oktober dan 16 Oktober.
Banyak acara batal
Banyak acara penting lainnya, dari konferensi, festival, hingga acara olahraga telah dibatalkan atau ditunda karena coronavirus, termasuk konferensi F8 tahunan Facebook dan Olimpiade 2020 di Jepang.
Kendati demikian, terdapat sejumlah acara yang digelar secara daring. Semula, terdapat keraguan bahwa acaraonlinedapat menarik minat banyak orang karena tidak ada interaksi langsung antara pembicara dan peserta. Tetapi nyatanya justru acara online memungkinkan untuk diikuti oleh lebih banyak orang.
Sebab, acaraonlinetidak hanya untuk mereka yang berada di lokasi tertentu, tetapi juga lokasi lain, bahkan publik eksternal dan luar negeri. Karenanya, ini harus dilihat sebagai kesempatan untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Ini adalah jenis eksperimen digital kreatif yang sangat butuhkan, dan eksperimen ini datang pada saat kita membutuhkannya lebih dari apa pun sebelumnya. Dengan adanya larangan berkumpul, kita perlu menciptakan lebih banyak ruang virtual yang dapat menopang dahaga ilmu dan kebutuhan bersosialisasi.
Oxford Economics dalam penelitian berjudulCoronavirusWatch: Global Recession is on the Wayyang dirilis Maret 2020, menyatakan bahwa perkembangan selama seminggu terakhir meningkatkan kemungkinan ekonomi global bergerak ke arah resesi, disrupsi, dan aksi jual di pasar yang agresif.
Krisis menawarkan hikmah
Tetapi krisis ini menawarkan hikmahnya. Serangan virus memaksa kita untuk menggunakan internet seperti tujuan awalnya, yaitu untuk saling terhubung, berbagi informasi positif dan sumber daya, lalu menghasilkan solusi kolektif untuk masalah mendesak. Ini adalah versi budaya digital yang sehat dan manusiawi.
Kita pun tidak lagi menggunakan terlalu banyak platform publik seperti platform media sosial yang cenderung memperkuat konten yang berlebihan dan memecah belah. Sebaliknya, kita memilih acara daring seperti seminar web, dan konferensi video yang cenderung menghasilkan interaksi yang lebih tenang dan "bergizi".
Seminar web atau yang kerap disebut webinar, dengan partisipan yang masif ataupun komunikasi antar dua orang lewat telepon genggam, menjadikan moda teknologi sebagai “tempat” untuk bersosialisasi. Telepon pintar menawarkan interaksi baru ketika kita bisa hadir di suatu tempat meskipun kehadirannya tidak secara fisik.
Didem Ozkul, doktor di University of College London dalam jurnal berjudulPlacing Mobile Ethnography, Mobile Communication as a Practice of Place Making, menyebutnya sebagai konsep “absent presence”.
Coronavirus telah memperkenalkan kita dengan hiduponlinedan tidaktake for grantedpertemuan tatap muka yang dulu terasa biasa. Mungkin saja acara virtual dan rapat denganplatformdi internet bersifat sementara. Tetapi mungkin juga setelah menghabiskan bertahun-tahun menggunakan teknologi yang terasa membuat kita terpecah, krisis coronavirus menunjukkan kepada kita bahwa internet masih mampu menyatukan kita.
Itulah mengapa sangat penting bahwa setiapu orang, terutama orang tua, siswa, dan orang-orang di daerah, memiliki akses ke perangkat elektronik ini. Selain itu, mereka juga perlu dan mendapatkan jaringan internet yang kuat.
Pasalnya, kesenjangan digital dan infrastruktur penyokongnya itu nyata. Bahkan, dalam beberapa bulan mendatang dikhawatirkan mereka yang tidak memiliki akses internet atau perangkat yang dapat menjalankan perangkat lunak terbaru, akan terasing dari banyak komunitas digital yang ada.[]
*Segala gagasan dan opini yang ada dalam kanal ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Medcom.ID. Redaksi menerima kiriman opini dari Anda melalui kolom@medcom.id.