Prancis membuktikan diri sebagai negara sepak bola terkuat di dunia lewat Piala Dunia 2018. Les Blues keluar menjadi juara setelah mengalahkan Kroasia 4-2 di partai final pada Minggu 15 Juli di Stadion Luzhniki, Moskow.
Ini merupakan titel Piala Dunia kedua Prancis sepanjang sejarah. Kemenangan sebelumnya di tahun 1998, Deschamps juga ikut memegang peranan penting sebagai kapten.
Titel Piala Dunia 2018 sekaligus membayar kekecewaan Prancis pada Euro 2016. Sebagai tuan rumah, Antoine Griezmann cs harus takluk 0-1 dari Portugal di partai final.
Akan tetapi, Prancis bangkit dengan lebih kuat dua tahun kemudian. Deschamps menganggap kekecewaan di Euro 2016 membawa buah positif untuk Piala Dunia tahun ini.
"Dua tahun yang lalu, sangat menyakitkan membiarkan kesempatan ini menjadi juara Eropa. Tapi mungkin, jika waktu itu kita menjadi juara Eropa, kita tidak akan menjadi juara dunia hari ini," kata Deschamps.
"Para pemain tahu mengapa mereka ada di sana. Mereka harus mendapatkan bintang itu (trofi Piala Dunia), bintang yang bersinar itu, yang luar biasa,” lanjut dia.
Deschamps untuk kedua kalinya mengangkat trofi berlapis emas Piala Dunia, yaitu sebagai kapten 20 tahun lalu dan pelatih saat ini. Ia merasa seperti kembali merasakan masa-masa perjuangannya di tahun 1998.
“Saya tidak ingin membicarakan tentang saya tetapi yang saya ingat adalah sejarah saya sendiri dan itu terkait dengan petualangan para pemain ini," katanya.
“Saya memiliki hak istimewa yang luar biasa untuk menghidupkan (kenangan) 20 tahun yang lalu ini, dan di Prancis. Apa yang baru saja dilakukan para pemain sama indahnya, sama kuatnya," sambungnya.
Deschamps menjadi manusia ketiga sepanjang sejarah yang mampu memenangkan Piala Dunia sebagai kapten dan pelatih. Sebelumnya, prestasi ini juga pernah dicetal Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News