Piramida Giza. (Nina Aldin Thune)
Piramida Giza. (Nina Aldin Thune)

Benarkah Piramida Dibangun dengan Perbudakan? Ini Penelusurannya

Riza Aslam Khaeron • 16 Desember 2024 14:56
Jakarta: Piramida Giza telah lama menjadi simbol kejayaan Mesir Kuno dan misteri peradaban manusia. Salah satu pertanyaan yang kerap muncul adalah: apakah piramida ini dibangun oleh budak?
 
Pandangan populer yang dipengaruhi oleh tradisi Judeo-Kristiani dan film Hollywood seperti The Ten Commandments menggambarkan budak bekerja keras di bawah cambuk pengawas firaun. Namun, penelitian arkeologis terbaru mengungkapkan fakta yang berbeda.
 

Graffiti dan Kota Para Pekerja

Peneliti seperti Mark Lehner, seorang arkeolog terkemuka, menemukan bukti bahwa piramida tidak dibangun oleh budak, melainkan oleh pekerja terampil yang hidup dalam kondisi relatif baik.
 
Graffiti yang ditemukan di dalam piramida menunjukkan bahwa para pekerja membentuk kelompok dengan nama-nama seperti “Sahabat Khufu” atau “Pemabuk Menkaure”. Hal ini menunjukkan adanya organisasi berbasis tim yang erat, bukan sistem kerja paksa.

Selain itu, Lehner menggali sebuah kota pekerja dekat Piramida Giza. Kota ini memiliki infrastruktur lengkap, termasuk pabrik roti, gudang penyimpanan biji-bijian, dan asrama. Kota tersebut mampu menampung ribuan pekerja.
 
Analisis sisa makanan menunjukkan bahwa mereka diberi daging sapi muda dan kambing, makanan yang dianggap mewah pada masa itu.
 
"Bukti ini menunjukkan bahwa pekerja bukanlah budak, melainkan orang-orang yang dihormati atas keahlian mereka," kata Lehner, melansir Harvard Magazine.
 

Bukti Forensik di Pemakaman Pekerja

Temuan dari pemakaman pekerja, yang digali oleh Zahi Hawass, mendukung teori ini. Kerangka yang ditemukan menunjukkan tanda-tanda kerja fisik berat, seperti tulang yang mengalami keausan.
 
Namun, mereka juga dimakamkan dengan kehormatan yang layak, suatu hal yang jarang diberikan kepada budak. "Mereka adalah pekerja yang dihargai," ujar Hawass, "bukan budak dalam pengertian modern."
 

Sistem Bak: Kewajiban Sosial di Mesir Kuno

Dalam masyarakat Mesir Kuno, hampir setiap orang memiliki kewajiban sosial yang disebut “bak” kepada firaun atau tuan tanah mereka.
 
Bak tidak setara dengan perbudakan, karena bahkan pejabat tinggi sekalipun memiliki kewajiban ini. Sistem ini lebih mirip dengan kerja gotong royong di komunitas tradisional, seperti “bedol desa” atau “raja kaya” pada masa lalu.
 
"Bayangkan konsep Amish yang mengadakan acara membangun lumbung sebagai acara keagamaan dan sosial," kata Lehner. "Piramida adalah lumbung mereka, hanya saja skalanya jauh lebih besar."
 

Penemuan Teknologi dan Organisasi Sosial

Proyek pembangunan piramida menunjukkan tingginya tingkat organisasi sosial dan teknologi masyarakat Mesir Kuno.
 
Lehner dan timnya menemukan bahwa pekerja membangun galeri besar yang digunakan sebagai barak untuk pekerja bergilir.
 
Setiap galeri dapat menampung hingga 2.000 orang, didukung oleh puluhan dapur roti dan fasilitas lainnya. “Ini menunjukkan betapa terorganisirnya mereka,” tambah Lehner.
 

Kesimpulan

Mitos tentang budak yang membangun piramida kemungkinan besar muncul dari kesalahpahaman sejarah dan pengaruh budaya populer.
 
Penelitian arkeologis menunjukkan bahwa pembangunan piramida adalah hasil kerja keras dari tenaga kerja profesional yang dihormati, didukung oleh masyarakat dengan sistem sosial yang kompleks.
 
Seperti yang dikatakan Lehner, “Piramida bukan hanya membangun Mesir, tetapi Mesir dibangun oleh piramida.”
 
Jadi, apakah piramida dibangun dengan perbudakan? Bukti ilmiah menunjukkan bahwa jawabannya adalah tidak.
 
Pembangunan piramida lebih merupakan prestasi kolektif dari masyarakat Mesir Kuno, sebuah bukti nyata kecerdasan dan kerja sama manusia ribuan tahun yang lalu.
 
Baca Juga:
Ilmuwan Prediksi Kehidupan di Bumi Jauh Lebih Tua dari Perkiraan Sebelumnya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan