Seiring dengan meningkatnya frekuensi dan kompleksitas ancaman siber, tim IT menghadapi tekanan yang semakin besar bukan hanya menjaga keamanan data perusahaan, tapi juga untuk melakukannya secara efisien. Berbagai sektor bisnis di Indonesia makin bergantung pada infrastruktur digital untuk tetap berjalan.
Namun, banyak yang dihadapkan pada tantangan yang sama, yakni anggaran yang terbatas.
Tekanan Terhadap Operasional IT Semakin Besar
Di era digital seperti sekarang, tim IT di perusahaan menghadapi berbagai tantangan, yaitu volume data yang terus bertambah, risiko keamanan yang semakin tinggi, dan tuntutan regulasi yang makin ketat. Sayangnya, banyak dari mereka harus mengelola semuanya dengan sumber daya manusia terbatas, sistem yang terpisah-pisah, dan alat kerja yang tidak terintegrasi.Di banyak perusahaan Indonesia, tim IT masih harus bergantung pada perpaduan sistem yang sudah usang, proses manual, atau kombinasi hardware dan software yang tidak seragam. Pendekatan seperti ini meningkatkan risiko human-error, kehilangan data, hingga downtime operasional, terutama jika terjadi serangan siber.
Di beberapa tahun terakhir, kasus ransomware yang menyerang brand ternama seperti perusahaan elektronik asal Jepang, Casio pada tahun 2025, raksasa semikonduktor TSMC, hingga produsen pesawat Boeing pada tahun 2023, membuktikan, bahkan sistem IT yang sudah matang pun tetap rentan dan proses pemulihannya bisa sangat mahal dan memakan waktu.
Baca juga: Daftar Link Resmi dan Mirror PTN untuk Cek Pengumuman Hasil Seleksi SNBT 2025 |
Dilema Anggaran dalam Perlindungan Data
Data kini menjadi tulang punggung operasional setiap bisnis. Baik itu data pelanggan, laporan keuangan, maupun sistem internal, kehilangan akses ke informasi penting walau hanya sebentar bisa berdampak besar.Namun, mengelola perlindungan data bukan pekerjaan mudah. Banyak tim IT harus menggunakan berbagai software berbeda untuk penyimpanan data, backup, dan pemulihan. Hal ini seringkali menciptakan inefisiensi, biaya operasional yang tinggi, dan celah keamanan dalam sistem.
Sementara itu, ancaman siber terus berkembang. Pelaku kejahatan siber kini tidak hanya menargetkan data utama, tapi juga sistem backup. Tanpa strategi perlindungan yang menyeluruh, opsi pemulihan bisa sangat terbatas.
Membangun sistem perlindungan data yang tangguh tidak selalu harus menambah anggaran besar. Pendekatan yang lebih strategis, dengan mengadopsi solusi terintegrasi yang dirancang khusus untuk backup dan pemulihan data bisa menjadi jawabannya.
“Kami melihat banyak tim IT di Indonesia harus membuat keputusan sulit antara keamanan dan efisiensi, terutama di tengah keterbatasan anggaran. Ini menunjukkan pentingnya solusi yang mudah diimplementasikan dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing organisasi,” ujar Country Manager di Synology, Clara Hsu dalam siaran persnya, Jumat, 23 Mei 2025.
Salah satu pendekatan yang kini banyak dipertimbangkan adalah penggunaan solusi terintegrasi yang secara khusus dirancang untuk mendukung proses backup dan pemulihan data secara menyeluruh. Dengan sistem yang terpadu, tim IT tidak perlu lagi mengelola berbagai platform yang berdiri sendiri yang kerap menimbulkan kerumitan operasional dan celah keamanan.
Salah satu contohnya adalah Synology ActiveProtect Appliance, solusi all-in-one yang menggabungkan hardware dan software dalam satu platform terpadu. Dengan ActiveProtect, tim IT dapat:
- Mengelola backup secara terpusat di berbagai lokasi dan workload
- Menghemat bandwidth dan ruang penyimpanan lewat teknologi deduplikasi global
- Menjaga integritas data dengan pengecekan pemulihan otomatis
- Meningkatkan keamanan melalui kontrol akses berbasis peran dan otentikasi
- Melindungi data backup dengan penyimpanan offline dan fitur imutabilitas
Strategi Backup
Perlindungan data bukanlah upaya satu kali selesai. Ini adalah proses berkelanjutan yang harus terus disesuaikan dengan dinamika ancaman siber dan kebutuhan bisnis yang terus berkembang."Di tengah percepatan transformasi digital di Indonesia, memiliki strategi backup yang fleksibel dan siap menghadapi masa depan menjadi semakin penting," kata Clara.
Gangguan dapat terjadi kapan saja, mulai dari serangan siber, kerusakan hardware, hingga kesalahan operasional. Karena itu, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk memulihkan sistem dengan cepat, tanpa harus menunggu siklus anggaran berikutnya.
Solusi seperti Synology ActiveProtect Appliance dapat membantu tim IT melakukan simulasi pemulihan bencana dalam lingkungan yang aman (sandbox), sehingga potensi celah atau kelemahan dapat diidentifikasi dan diperbaiki sebelum menjadi masalah nyata. Kesiapan ini dapat menjadi penentu utama dalam mempercepat proses pemulihan dan meminimalkan dampak terhadap bisnis.
Di tengah tuntutan efisiensi dan keterbatasan anggaran, tim IT di Indonesia perlu berfokus pada investasi yang cerdas, memilih solusi yang tidak hanya memperkuat keamanan dan menyederhanakan operasional, tetapi juga siap tumbuh bersama bisnis. Dengan strategi yang tepat dan fondasi perlindungan data yang andal, perusahaan dapat menjaga kontinuitas operasional, melindungi aset digital, dan membangun sistem IT yang tangguh untuk menghadapi tantangan masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News