Dalam paparannya, Liyantono sebagai ketua tim peneliti menyampaikan terdapat tujuh parameter pencemar utama yang dominan mempengaruhi kualitas air sungai. Yaitu bakteri koli (fecal coliform dan total coliform), klorin bebas, hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3) dan level kebutuhan oksigen kimiawi (COD) yang melampaui baku mutu yang dipersyaratkan.
Tingginya kandungan H2S dan amoniak dapat menimbulkan bau sungai yang menyengat. “Temuan lain pada penelitian yaitu aliran maupun sempadan sungai di DKI Jakarta terdapat banyak sampah berukuran besar. Oleh sebab itu, pemantauan terhadap laju sedimentasi mengalami hambatan, karena patok sebagai alat ukur terseret oleh sampah berukuran besar seperti kasur, helm bekas, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Liyantono juga menyampaikan, untuk memberikan kemudahan dalam pengamatan secara cepat untuk kewaspadaan bagi masyarakat DKI Jakarta, nilai IP (indeks pencemaran) yang tinggi (status mutu air yang buruk) dapat dilihat dari indikator fisik. Seperti kecepatan aliran sungai yang rendah, debit air sungai rendah, warna air sungai yang tampak putih, abu-abu, hijau, atau hitam, serta berbau menyengat.
Dalam kesempatan ini, Liyantono menyampaikan rekomendasi tim PPLH IPB University dalam mengatasi cemaran pada aliran sungai. Yaitu kampanye penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, penyadartahuan masyarakat terhadap pengelolaan sungai, peningkatan fasilitas pengelolaan cemaran domestik, peningkatan pengawasan terhadap pelaku usaha/industri dan perkantoran, perbaikan kualitas air sungai secara terpadu melalui proses fisika, kimia, dan biologis.
Serta pengubahan skema persetujuan teknis pembuangan air limbah menjadi pemanfaatan air limbah atau pembuangan air limbah dengan mekanisme kompensasi. “PPLH IPB University juga memberikan rekomendasi utama dalam upaya memperbaiki status mutu air sungai. Upaya memperbaiki parameter bakteri koli hingga memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan akan memberikan dampak yang signifikan yaitu mengubah status mutu dari dominan cemar berat menjadi dominan cemar ringan,” ungkap dosen IPB University ini.
Narasumber dari BRIN dan Universitas Trisakti, serta pemrakarsa dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengapresiasi hasil analisis yang telah dilakukan Tim PPLH IPB University. Data yang banyak dan time series mampu diekstrak dengan baik oleh tim menjadi analisis yang komprehensif, informatif dan mudah dipahami.
Baca juga: Sekolah Pascasarjana IPB Raih Sertifikat ISO 21001:2018 dari Sucofindo |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News