Hal itu mendorong tiga dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melakukan penelitian karapan sapi di Desa Tengkel, Arosbaya, Madura. Riset keilmuan bertema “Implementasi Program GBR: Glocalization of Bull Racing" oleh ketua Nadi Suprapto, dan anggota Suliyanah dan Utama Alan Deta, serta 15 mahasiswa Fisika, perangkat desa, dan warga setempat.
Karapan sapi merupakan tradisi perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi beradu cepat sambil menarik rangkaian kereta dari kayu, tempat joki berdiri, dan mengendalikan pasangan sapi.
“Riset yang sedang kami lakukan ini berjudul ‘Upaya Pelestarian Karapan Sapi di Desa Tengket Arosbaya sebagai Kearifan Lokal Madura’. Sabtu lalu kami sudah lakukan koordinasi dan sosialisasi sama warga dan perangkat desa serta kecamatan di lokasi. Selain itu kami juga tandatangan implementasi kerja sama antara Prodi S-1 Pendidikan Fisika Unesa dan Desa Tengket, Arosbaya, Bangkalan,” ujar Nadi dikutip dari laman unesa.ac.id, Rabu, 2 Maret 2022.
Ketua Satuan Pemeringkatan Unesa itu menyebut riset keilmuan ini didukung LPDP yang bekerja sama dengan Kemedikbudristek. Orientasi riset desa tersebut salah satunya untuk memayungi riset-riset mahasiswa S-1 yang mengambil program skripsi dengan konteks kerapan sapi sebagai implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dia berharap melalui riset-riset tersebut semakin memperkenalkan tradisi Pulau Garam tersebut ke seluruh khalayak. Sehingga ke depan bisa menjadi ikon wisata budaya desa di sana.
“Bagaimana tradisi peninggalan para leluhur ini tetap terwarisi tetapi juga bisa memberikan nilai tambah secara ekonomi masyarakat desa,” tutur dia.
Kepala Desa Tengket, Rahmat Ja’lik, menyambut baik program riset tersebut. Rahmat menyapaikan terima kasih desanya menjadi lokasi riset.
Dia berharap riset tersebut berjalan lancar dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa maupun Unesa. Salah satu warga setempat, Naware, menjelaskan sapi yang digunakan dalam perlombaan bukan sapi biasa, tetapi sapi yang diperlakukan istimewa.
Pakan sapi harus berkualitas, seperti daun bambu yang masih muda, 15 buah telur setiap hari, jamu, serta minuman yang disesuaikan dengan takaran masing-masing. Setiap pagi sapi juga dijemur dan dimandikan.
Sementara itu, sebagai joki biasanya anak-anak berumur di bawah 10 tahun. Selain itu, untuk menjalin kemistri antara joki dan sapi diperlukan latihan seminggu sekali.
Naware membagikan tips dan trik untuk memenangkan lomba. Salah satunya, sapi harus dilatih dan dirawat supaya kuat dan bertenaga.
“Di samping itu, hubungan yang erat antara joki dan sapi juga bisa menjadi salah satu indikator atas keberhasilan dalam perlombaan tutur,” kata Naware.
Baca: Unesco: Merdeka Belajar Jadi Wadah Pelestarian Budaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News