Ilustrasi/Medcom
Ilustrasi/Medcom

Apakah Boleh Konsumsi Vitamin Saat Diet? Ini Penjelasan Dokter IPB

Citra Larasati • 06 Agustus 2025 16:55
Jakarta:  Banyak orang yang kini menjalankan hidup sehat, salah satunya dengan diet.  Namun, tidak sedikit yang merasa ragu saat mengonsumsi vitamin ketika sedang menjalankan diet tersebut.
 
Sejumlah kekhawatiran pun menghantui, seperti takut nafsu makan meningkat sehingga berat badan bertambah. Namun, benarkah demikian?
 
Menanggapi hal ini, dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Samuel Stemi, MBiomed, AIFO-K, Dipl AAAM, menegaskan, tidak ada bukti kuat bahwa konsumsi vitamin dalam dosis normal dapat menyebabkan peningkatan berat badan.

“Vitamin tidak memiliki kalori. Vitamin adalah mikronutrien yang tidak menyumbang energi, tetapi berperan penting dalam metabolisme tubuh,” jelas Samuel dalam siaran pers IPB, Selasa, 6 Agustus 2025.
 
Namun perlu diingat, ada sejumlah suplemen multivitamin yang mengandung pemanis atau gula, sehingga bisa ada tambahan kalori dari bahan tambahan tersebut.
 
Umumnya, pelaku diet memilih olahraga lari sebagai opsi untuk mempercepat penurunan berat badan. Namun, Samuel mengingatkan bahwa pilihan olahraga harus disesuaikan dengan kondisi tubuh.
 
"Jika berat badan sangat berlebih, olahraga seperti lari justru dapat meningkatkan risiko cedera, terutama di bagian lutut dan pergelangan kaki," tuturnya.
 
Selama diet, asupan lemak dan protein hewani juga sering dikurangi. Kondisi tersebut berpotensi mengganggu penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Kekurangan mikronutrien seperti zat besi, magnesium, zink, dan yodium juga bisa terjadi. Karena itu, pemantauan dan suplementasi selektif sangat dianjurkan.

Rekomendasi Suplemen Selama Diet

Ia merekomendasikan beberapa suplemen selama diet dan catatan kecil yang perlu diingat:
  1. Vitamin D: Membantu penyerapan kalsium, menjaga kekuatan tulang, dan mendukung sistem imun. Ini menjadi penting dalam program penurunan berat badan, karena tentunya akan disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik.
  2. Zinc: Memperkuat imun, mempercepat penyembuhan luka, serta memperbaiki fungsi pengecapan. “Ada beberapa sumber yang menyebutkan, dengan suplementasi zinc, makan akan terasa lebih enak dan nikmat, karena zinc mampu memperbaiki fungsi pengecapan pada papil-papil lidah,” terangnya.
  3. Vitamin B kompleks, terutama B1, B6, B9, dan B12, memiliki fungsi neurotropik yang vital yaitu mendukung pertumbuhan, perbaikan sel-sel tubuh, dan mengoptimalkan fungsi sistem saraf, mengurangi kesemutan. “Meski demikian, literatur memperlihatkan bahwa konsumsi vitamin B dalam dosis berlebihan, seperti B1, B2, B6, B12, dan niasin, dapat memicu sintesis lemak, resistensi insulin, dan rasa lapar pasca-aktivitas fisik. Hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan lemak tubuh bila tidak dikontrol dengan baik,” paparnya.
  4. Omega-3 (EPA dan DHA): Berfungsi sebagai antiinflamasi alami, tetapi, omega-3 juga terbukti memiliki efek positif terhadap nafsu makan. Pada beberapa orang, khususnya yang mengalami peradangan atau kondisi medis tertentu, omega-3 dapat membantu meningkatkan nafsu makan dengan cara memperbaiki sinyal hormonal di otak dan mengurangi stres oksidatif yang mengganggu regulasi makan. 
Namun ia menjelaskan, efek ini tidak selalu sama pada setiap orang. Pada individu sehat, omega-3 cenderung tidak menyebabkan peningkatan nafsu makan yang signifikan, dan bahkan pada beberapa kasus bisa membantu mengontrol berat badan karena meningkatkan sensitivitas insulin dan metabolisme lemak.
 
Pada prinsipnya, selama diet, pastikan keragaman makanan tetap terjaga, agar tubuh tetap mendapatkan suplai mikronutrien yang memadai. Jika memang dibutuhkan, dapat mengonsumsi vitamin, tetapi perlu diingat bahwa suplementasi zinc mampu membuat proses makan menjadi lebih nikmat, vitamin B berlebih justru dapat meningkatkan akumulasi lemak tubuh dan omega 3 dapat meningkatkan nafsu makan.
 
“Jika program diet didasari tekad yang kuat dan pemahaman yang benar, adanya efek tersebut tentu dapat tetap dikontrol dan tidak akan menyebabkan peningkatan berat badan,” simpulnya.
 
Samuel juga menyoroti pentingnya pendekatan nutrisi berbasis genetik atau nutrigenomik, bahwa setiap orang memiliki kebutuhan vitamin yang berbeda tergantung pada profil genetiknya. “Pendekatan ini memungkinkan diet yang lebih personal dan efektif,” katanya. Namun, ia mengakui bahwa pemeriksaan nutrigenomik masih tergolong mahal.
 
Baca juga: Guru Besar Unair Kembangkan Perancangan Obat Berbasis Komputer

Sebagai langkah praktis, ia menyarankan masyarakat untuk melakukan sejumlah hal. Antara lain dengan melakukan pemeriksaan status nutrisi, mengikuti rekomendasi dosis vitamin, menghindari overdosis vitamin tanpa indikasi medis, memprioritaskan asupan dari makanan utuh, dan memantau respons tubuh terhadap suplemen.
 
“Berkonsultasi dengan dokter, terutama saat menjalani diet ketat atau aktivitas olahraga intensif,” tambahnya
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan