Penemuan fauna mendominasi dengan jumlah 1 marga, 38 spesies, dan 2 subspesies. Sisanya adalah flora 7 spesies, dan mikroorganisme 1 spesies.
Penemuan spesies baru ini memiliki arti penting bagi studi taksonomi dan biosistematika. Lebih jauh, penemuan ini menjadi awal dari penelitian biodiversitas selanjutnya, seperti konservasi hingga bioprospeksi.
Penemuan 49 taksa baru oleh para peneliti BRIN semakin menambah data keanekaragaman hayati (kehati) Indonesia. Dari keseluruhan penemuan tersebut, 28 persen spesies baru yang ditemukan merupakan endemik fauna dan flora Indonesia dari masing-masing lokasi penemuannya.
Sekitar 96 persen spesies baru merupakan spesimen yang berasal dari Indonesia. Sedangkan dua spesies baru, yaitu bakteri Spirosoma foliorum berasal dari Korea Selatan dan lalat Colocasiomyia luciphila dari Malaysia.
Sementara itu, spesimen lainnya berasal dari Indonesia yang dikoleksi dari Jawa, Kalimantan, Papua, Maluku, Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Natuna. Dari 41 taksa fauna baru yang berhasil ditemukan, teridentifikasi satu marga dan enam spesies kepiting, satu spesies udang, dua spesies cacing, sembilan spesies herpetofauna, dua spesies ikan, enam spesies keong, tiga spesies ngengat, lima spesies lalat, empat spesies hewan pengerat, serta satu subspesies kupu-kupu, dan satu subspesies herpetofauna.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN bekerja sama dengan periset dari Lee Kong Chian Natural History Museum dan National University of Singapore juga berhasil menemukan marga baru kepiting yang hanya ditemukan di Kepulauan Natuna, yaitu Natunamon. Beberapa spesies taksa baru untuk kelompok fauna merupakan fauna endemik Indonesia, yang berasal dari Maluku, Kepulauan Natuna, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sebesar 31 persen kelompok fauna endemik ini adalah spesies baru kepiting, cacing laut, udang, ikan, keong, cecak, dan hewan pengerat. Beberapa fauna endemik spesies baru seperti Pectinaria nusalautensis yang ditemukan di Pulau Nusalaut Maluku, merupakan spesies cacing polychaeta laut ketujuh yang diidentifikasi dari wilayah tersebut.
Sementara itu, enam dari delapan taksa baru krustasea yang ditemukan, satu marga dan empat spesies kepiting merupakan endemik dari Pulau Natuna dan Pulau Siantan. Sedangkan satu spesies udang endemik Caridina clandestine berasal dari Sulawesi Tengah.
Untuk fauna endemik lainnya, yaitu cecak Cyrtodactylus gonjong ditemukan di Sumatra Barat, ikan Oryzias loxolepis ditemukan di Sulawesi Selatan, keong Palaina motiensis ditemukan di Maluku Utara, dan empat hewan pengerat yaitu Rattus feileri, Rattus taliabuensis, Rattus halmaheraensis, dan Rattus obiensis ditemukan di Maluku.
Selanjutnya, dari tujuh spesies flora yang ditemukan, terdapat lima spesies baru begonia, satu spesies pandan, dan satu spesies anggrek. Kelima begonia ditemukan di Sulawesi, sedangkan pandan dan anggrek berasal dari tanah Papua.
Khusus untuk pandan Freycinetia wiharjae adalah flora endemik Papua yang hingga saat ini belum ditemukan di lokasi lainnya. Khusus untuk penemuan mikroba, peneliti BRIN banyak bekerja sama dengan periset lain dari beberapa negara, yaitu Singapura, Malaysia, Vietnam, Korea Selatan, Taiwan, India, dan Uni Emirat Arab.
Penemuan tersebut berhasil dipublikasikan pada Scientific Reports, jurnal dengan jumlah sitasi terbanyak kelima di dunia.
Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN Iman Hidayat mengungkapkan, salah satu program prioritas BRIN adalah upaya pengungkapan dan pemanfaatan biodiversitas. Untuk mendukung program ini, BRIN menyediakan platform pendanaan kolaborasi dengan seluruh stakeholder, termasuk perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan periset swasta dalam dan luar negeri melalui Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi dan Eksplorasi, dan didukung oleh platform pendanaan internal rumah program terkait pengungkapan dan pemanfaatan biodiversitas nusantara serta konservasi tumbuhan terancam punah.
“Upaya konservasi keanekaragaman hayati BRIN meliputi pengungkapan biodiversitas nusantara berupa discovery spesies baru beserta data genom dan potensi pemanfaatannya, kajian ancaman dan dampak perubahan iklim global terhadap status biodiversitas nusantara dan ekosistem, rehabilitasi dan peningkatan populasi spesies terancam punah, eksplorasi dan konservasi secara ex situ serta ekologi dan restorasi spesies,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Bayu Adjie menambahkan, pengungkapan 49 taksa baru ini merupakan kerja keras yang luar biasa. “Taksonomi adalah ilmu dasar untuk mengidentifikasi sesuatu yang ada di sekitar kita. Jika salah identifikasi, maka salah mengambil kesimpulan. Itulah pentingnya peran taksonom untuk memastikan prosedur identifikasi sesuai dengan kaidah ilmiah,” tegasnya.
Taksonomi, lanjut dia, tidak hanya tentang spesimen dan herbarium, namun juga dituntut untuk belajar teknologi sequencing DNA, whole genome sequencing, dan teknologi identifikasi lainnya.
"Hasil riset taksonomi akan menjadi awal dari penelitian biodiversitas selanjutnya, seperti konservasi hingga bioprospeksi, sehingga berkesinambungan. BRIN juga memiliki program untuk mencetak generasi baru taksonom, mulai dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Bantuan Riset Talenta Riset dan Inovasi (BARISTA), Degree By Research (DbR) untuk S2 dan S3, Research Assistant, Visiting Researcher, dan Postdoctoral,” tandasnya.
Berikut rincian daftar taksa baru:
Marga/Genus Baru
1. Natunamon Ng, Wowor, Yeo 2023Spesies baru
- Spirosoma foliorum Ho, Nurcahyanto, et al. 2023
- Begonia ranoposoensis Saleh, Bandjolu, & Ardi 2023
- Begonia batusangiensis Ardi & D.C.Thomas 2023
- Begonia labengkiensis Ardi & D.C.Thomas 2023
- Begonia kabaenensis D.C.Thomas & Ardi 2023
- Begonia stilpnophylla D.C.Thomas & Ardi 2023
- Freycinetia wiharjae Keim, Witono & Sujarwo 2023
- Bulbophyllum whitteniorum Saputra, Schuitemann, Metusala, & Heatubun 2023
- Pectinaria nusalautensis Pamungkas & Hutchings 2023
- Arthrostoma supriatnai Dewi, Purwaningsih & Hasegawa 2023
- Tmethypocoelis simplex Murniati, Asakura & Davie 2023
- Tmethypocoelis celebensis Murniati, Asakura & Davie 2023
- Natunamon indonesicum Ng, Wowor, Yeo 2023
- Isolapotamon remotum Ng, Wowor, Yeo 2023
- Geosesarma Hashimi Ng, Wowor, Yeo 2023
- Geosesarma anambas Ng, Wowor, Yeo 2023
- Caridina clandestine Klotz, von Rintelen, Annawaty, Wowor & K. von Rintelen 2023
- Gonocephalus inauris Harvey, Sarker, Sidik, Kurniawan, & Smith 2023
- Cyrtodactylus gonjong Nugraha, Ahda, Tjong, Kurniawan, Riyanto, Fauzi & Lin 2023
- Hypsiscopus indonesiensis Hamidy, Zakky, Fitriyana, Endarwin 2023
- Oreophryne riyantoi Putri, Trilaksono, Kurniati, Engilis & Hamidy 2023
- Litoria azuroscelis Günther, Richards, Hamidy, Trilaksono, Sulaeman & Oliver 2023
- Limnonectes phyllofolia Frederick, Iskandar, Riyanto, Hamidy, et al. 2023
- Hylophorbus monophonus Ferreira, Kraus, Richards, Oliver, Günther, Trilaksono, Arida, Hamidy, Riyanto, et al. 2023
- Hylophorbus lengguru Ferreira, Kraus, Richards, Oliver, Günther, Trilaksono, Arida, Hamidy, Riyanto, et al. 2023
- Hylophorbus maculatus Ferreira, Kraus, Richards, Oliver, Günther, Trilaksono, Arida, Hamidy, Riyanto, et al. 2023
- Oryzias loxolepis Kobayashi, Mokodongan, et al. 2023
- Phenacostethus sikat Parenti, Lumbantobing, & Haryono 2023
- Palaina motiensis Heryanto, Mujiono, Laitupa, & Nurinsiyah 2023
- Sulawesidrobia wilsoni Haase, Rintelen, Harting, Marwoto & Glaubrecht 2023
- Sulawesidrobia carsonae Haase, Rintelen, Harting, Marwoto & Glaubrecht 2023
- Sulawesidrobia ehrlichi Haase, Rintelen, Harting, Marwoto & Glaubrecht 2023
- Sulawesidrobia crutzeni Haase, Rintelen, Harting, Marwoto & Glaubrecht 2023
- Sulawesidrobia dinersteini Haase, Rintelen, Harting, Marwoto & Glaubrecht 2023
- Agrioglypta hastantiae Sutrisno 2023
- Agrioglypta ubaidillahi Sutrisno 2023
- Agrioglypta halimunensis Sutrisno 2023
- Colocasiomyia pinangae Zhang, Gao, Takano, Yafuso, Suwito, Meleng, Toda 2023
- Colocasiomyia besaris Zhang, Gao, Takano, Yafuso, Suwito, Meleng, Toda 2023
- Colocasiomyia luciphila Zhang, Gao, Takano, Yafuso, Suwito, Meleng, Toda 2023
- Colocasiomyia oligochaeta Zhang, Gao, Takano, Yafuso, Suwito, Meleng, Toda 2023
- Colocasiomyia grimaldii Zhang, Gao, Takano, Yafuso, Suwito, Meleng, Toda 2023
- Rattus feileri Fabre, Miguez, Holden, Fitriana, Semiadi, Musser, Helgen 2023
- Rattus taliabuensis Fabre, Miguez, Holden, Fitriana, Semiadi, Musser, Helgen 2023
- Rattus halmaheraensis Fabre, Miguez, Holden, Fitriana, Semiadi, Musser, Helgen 2023
- Rattus obiensis Fabre, Miguez, Holden, Fitriana, Semiadi, Musser, Helgen 2023
Subspesies baru
- Gonocephalus doriae brevis Harvey, Sarker, Sidik, Kurniawan, & Smith 2023
- Taraka hamada hamakoae Suefuji, Saito, & Peggie 2023
Keterangan lebih lanjut:
- Bayu Adjie (Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN), No. HP: +62 811-3866-797
- Purnomo (Koordinator Komunikasi Publik BRIN), No. HP: +62 857-7878-6806
- Suzan Lesmana (Koordinator Layanan Humas KST Soekarno BRIN), No. HP: +62 852-1888-3088?
Baca juga: Tim Peneliti BRIN Temukan Hypsiscopus indonesiensis, Ular Air Jenis Baru |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News