Panel deteksi cepat berbasis molekuler ini disebut Kit Diagnostik Molekuler MRSA. Adapun MRSA adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus atau Staph. Jenis bakteri tersebut resisten terhadap banyak antibiotik berbeda, sehingga sulit diobati.
Menteri Kesehatan Budi Gunawan yang menyaksikan langsung peluncuran itu menyebut terdapat kesulitan mendeteksi bakteri itu. Hal ini membuat pengobatan pasien membutuhkan waktu lama.
Budi menyebut pemerintah sangat mengapresiasi dan mengucapkan rasa terima kasih atas inovasi yang akan sangat membantu di dunia medis ini.
“Deteksi dini bakteri itu penting sekali, sehingga kita bisa ngasih antibakteri yang tepat. Tapi kita selama ini masih sering trial and error, 'coba kasih panel ini dulu lah, coba ini dulu', jadinya orang resisten karena kebanyakan coba-coba, karena untuk deteksi dininya susah," kata Budi dikutip dari laman unand.ac.id, Rabu, 28 Februari 2024.
Budi mengaku senang ketika pertama kali mendengan inovasi itu. Dia memastikan pemerintah akan mendukung dengan memberikan dana lebih banyak untuk skrining dan deteksi dini.
Dirut RSUP M. Djamil, Dovy Djanas, menjelaskan resistensi merupakan masalah serius yang dapat berefek multiply. Resistensi ini menyebabkan ketidakpastian terhadap pengobatan pasien, masa rawatan memanjang, penyakit yang berisiko makin berat/parah, hingga meningkatkan risiko kematian.
“Identifikasi dini terhadap resistensi ini akan membantu dokter dalam menghindari anti mikroba atau antibiotika yang tidak cocok,” tutur dia.
Dovy mengatakan panel deteksi cepat ini dapat memangkas waktu deteksi MRSA dengan sangat efektif, dari sebelumnya membutuhkan waktu 3-5 hari menjadi 3-4 jam saja. Selain itu, alat ini memiliki tingkat akurasi 97,5 persen, sensitivitas 95 persen, dan spesifisitas 100 persen.
“Saat ini banyak produk dari luar (negeri) yang ditawarkan, namun sebagian besar masih dengan harga mahal, maka kita harus mecoba mengembangkan produk kita sendiri dengan harga yang jauh lebih terjangkau dan berkualitas hingga mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain,” tutur Dovy.
Inovasi ini juga sebagai bagian pertama dari serial Riset Inovasi Deteksi Cepat Resistensi Anti Mikroba. Terdapat tiga produk komersil hasil riset lainnya yang juga dirancang, yaitu Deteksi ESBL, Deteksi Carbapenamase resisten, dan Deteksi Vankomisin resisten.
Kerja sama antara RSUP M. Djamil dengan Unand dan PT CTI juga menargetkan merilis total 10 produk inovasi sepanjang 2024, termasuk di antaranya berbagai screening untuk penyakit dan identifikasi jenis kelamin.
Baca juga: |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News