Lumpur Lapindo. Foto: Humas ITS.
Lumpur Lapindo. Foto: Humas ITS.

Pakar Unair Jelaskan Metode Ekstraksi Logam Tanah Lumpur Lapindo

Arga sumantri • 01 Februari 2022 17:08
Jakarta: Temuan logam tanah jarang di Lumpur Lapindo Sidoarjo memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan. Logam tanah jarang itu jadi peluang besar perkembangan teknologi tinggi di Indonesia.
 
Pakar Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair) Ganden Supriyanto mengatakan langkah yang harus dilakukan ke depan yaitu menentukan metode yang tepat, aman, dan maksimal untuk eksplorasi logam tanah jarang di lumpur Lapindo Sidoarjo. Menurut dia, salah satu metode yang dapat digunakan untuk ekstraksi logam tanah jarang dari lumpur Lapindo Sidoarjo. 
 
Ganden mengungkapkan bahwa proses pemisahan logam tanah jarang di lumpur Lapindo Sidoarjo memerlukan metode tersendiri. Sebab, lumpur Lapindo disinyalir bukan hanya mengandung logam tanah jarang, namun terdapat unsur logam lain yang terkandung di dalamnya.

"Nah, penelitian yang pernah saya lakukan yaitu saya membuat jebakan untuk memisahkan hanya unsur logam tanah jarangnya saja," terang Ganden, mengutip siaran pers Unair, Selasa, 1 Februari 2022.
 
Baca: Pakar ITS: Lumpur Lapindo Simpan Potensi Material Energi Hijau
 
Ia menerangkan metode tersebut menggunakan senyawa ionik inprinting polimer, yaitu polimer yang digunakan untuk menseleksi logam tertentu. Salah satunya, yaitu logam tanah jarang yang ditemukan di Lumpur Lapindo Sidoarjo. Sehingga, apabila lumpur Lapindo dilarutkan ke dalam air atau didekstruksi menggunakan polimer, maka hanya menyisahkan airnya saja. 
 
Kemudian, logam tanah jarang yang melewati media tersebut akan tertangkap. Logam tanah jarang yang tertangkap tersebut akan bersifat jenuh dan dapat diseleksi kembali untuk mendapatkan logam tanah jarang murni.
 
"Misalnya saya ambil contoh scandium, jadi scandiumnya nanti saya cetak di dalam polimer tersebut. Kemudian scandium yang tercetak saya keluarkan dan tinggal polimer yang kosong, polimer yang berisi rongga-rongga yang cocok disi dengan logam scandium itu," jelasnya.
 
Penggunaan metode yang dilakukan Ganden itu tidak tercampur logam lain yang terdapat di dalam logam tanah jarang. Metode tersebut dinamakan ekstraksi fase padat, karena menggunakan absorben dalam bentuk padat. Apabila digunakan pada skala besar maka seluruh logam tanah jarang seperti scandium dan litium dapat tertampung secara keseluruhan di dalam metode tersebut.
 
Baca: BRIN Kelola Lab Bioproduk Terintegrasi Pertama di Indonesia
 
"Kalau dihitung perkilogramnya harga scandium, harganya sangat tinggi. Karena pemanfaatanya sangat bermanfaat bagi kemajuan teknologi, sehingga tidak banyak negara yang melakukan ekspor logam tanah jarang ini," ungkapnya.
 
Menurut Ganden, hal itu terjadi karena konsentrasi dari logam tanah jarang tidak terlalu tinggi, dan hanya beberapa daerah saja yang memiliki konsentrasi tanah jarang yang tinggi. Selain itu, ekstraksi ataupun metode pemisahan logam tanah jarang terbilang tidak mudah. Sehingga, apabila ada suatu daerah tertentu memiliki kandungan logam tanah jarang yang tinggi maka daerah tersebut akan menjadi rebutan berbagai pihak.   
 
"Akan jadi rebutan banyak pihak, salah satunya munculnya logam tanah jarang di lumpur lapindo Sidoarjo ini," tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan