Inovasi Cabai ITB 1. Foto: ITB
Inovasi Cabai ITB 1. Foto: ITB

Varietas Cabai ITB 1 Inovasi Peneliti SITH ITB, Ini Keistimewaannya

Citra Larasati • 28 April 2023 04:00
Jakarta:  Peneliti dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Tati Suryati Syamsudin dan tim bekerja sama dengan tim peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) meraih Hak Perlindungan Varietas Tanaman dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Kementerian Pertanian.  Hak perlindungan tersebut untuk varietas cabai bernama ITB 1.
 
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dipimpin oleh Dr. Rinda Kirana.  Tati menjelaskan alasan dikembangkannya varietas cabai ini.  Salah satunya karena banyak kegagalan panen pada tanaman cabai yang bermula disebabkan oleh lalat buah.
 
Tusukan lalat buah membawa telur-telur yang berkembang menjadi larva dan menggerogoti daging buah cabai. Bekas tusukan ini juga menjadi gerbang masuknya spora jamur dan bakteri.

Namun tak hanya pada cabai, dalam beberapa kasus, kegiatan ekspor buah-buahan tropis terhambat karena adanya lalat buah pada buah yang akan diekspor.  Teknologi seperti atraktan penarik lalat jantan hingga radiasi untuk memandulkan lalat jantan telah dikembangkan di berbagai negara salah satunya Jepang.
 
Tapi teknologi ini belum optimal untuk diterapkan pada petani Indonesia. “Ternyata enggak bisa langsung cari yang tahan, artinya harus cari teknologi juga budidayanya,” ujar Tati.

Hewan Uji

Tim Peneliti ITB bekerja sama dengan Balitsa melakukan riset terhadap 14 karakter dari 50 varietas cabai sejak 2017. Melalui penelitian yang panjang, pada 2019 ditemukan suatu varietas cabai baru yang dapat menjadi solusi untuk serangan lalat buah.
 
“Kami dapat justru varietas yang peka terhadap serangan, ini yang digunakan untuk menahan,” terang Tati dilansir dari laman ITB, Jumat, 28 April 2023.
 
Varietas yang selanjutnya diberi nama ITB 1 ini memiliki peran sebagai pagar pelindung yang mengelilingi varietas utama yang dibudidayakan. Tati menjelaskan, pemberian nama ITB 1 merupakan kebanggan ITB untuk pertama kalinya memperoleh Hak Perlindungan Varietas Tanaman.
 
“Kekhasan cabai peka lalat buah yaitu mengandung osimen yang tinggi, tapi ini juga kan di lapangan masih harus dibuktikan juga,” ujar Tati.
 
Osimen merupakan substansi kimia yang diduga dapat berperan menjadi penarik lalat buah betina. Penempatan tanaman peka ditepi tanaman cabai yang ingin dilindungi menjadi alternatif lain karena cabai peka dapat dipanen saat masih hijau dan masih memiliki nilai ekonomi. Pengembangan varietas ITB 1 diharapkan dapat bermanfaat dan dapat diterapkan lebih optimal oleh petani cabai di Indonesia.
 
Setelah melewati serangkaian Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, Stabil), ITB secara resmi mendapatkan sertifikat Hak Perlindungan Varietas Tanaman. Proses uji ini melibatkan pakar dan ahli pemulia tanaman yang diselenggarakan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Kementerian Pertanian.
 
Varietas ITB 1 saat ini belum bisa dikomersilkan. Perlu dilakukan serangkaian uji multilokasi untuk mengetahui kestabilan dan keseragaman pertumbuhan varietas ITB 1 di berbagai lokasi yang berbeda. Tati berharap tahun ini dapat segera dilakukan uji multilokasi pada varietas ITB 1.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
Baca juga: Mahasiswa Unesa Ciptakan Mesin Pemerah Susu Semi-Otomatis

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan