Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Pandemi Bukan Hambatan, Peneliti Filologi Telusuri Naskah Kuno Hingga ke Mesir

Citra Larasati • 09 Oktober 2021 16:55
Jakarta:  Pandemi covid-19 telah memuinculkan tantangan di berbagai bidang penelitian, terutama yang biasanya dikerjakan dengan tatap muka atau terjun langsung ke lapangan seperti Filologi. Namun di masa yang sulit ini, seorang peneliti Filologi justru dapat menelusuri naskah-naskah kuno hingga ke Mesir.
 
Filologi merupakan adalah ilmu yang mempelajari bahasa melalui sumber-sumber sejarah yang ditulis dan merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik.  Filologi sejatinya merupakan ilmu yang identik dengan kegiatan “terjun lapangan” (interaksi langsung) dengan naskah kuno sebagai objek penelitiannya. 
 
Namun begitu, di masa pandemi seperti saat ini interaksi langsung ke lapangan menjadi terbatas dan berpengaruh pada penelitian-penelitian filologi.

“Sehingga kami berharap melalui seminar ini, kita masih semangat untuk melakukan penelitian filologi meskipun di tengah keterbatasan yang ada,” tutur Perwakilan departemen Basasindo Universitas Airlangga (Unair), Mardhayu Wulan Sari, dikutip dari laman Unair, Sabtu, 9 Oktober 2021.
 
Untuk itu, Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (Basasindo FIB Unair) menggelar seminar nasional bertajuk Eksistensi Penelitian Filologi di Masa Pandemi.
 
Baca juga:  Penulis Muda di Gorontalo Diberi Pembinaan Literasi
 
Mardhayu menuturkan, bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu dari rangkaian seminar peminatan. Departemen Basasindo Unair terdiri dari tiga peminatan yakni linguistik, sastra, dan filologi.
 
Dekan FIB Unair, Purnawan Basundoro berpesan bahwa pandemi bukan halangan untuk penelitian filologi. Menurutnya, pandemi justru memberi potensi kepada penelitian filologi yang lebih baik. 
 
“Karena di masa pandemi ini ada perkembangan teknologi yang sangat cepat. Banyak naskah-naskah kuno yang dipublikasikan untuk umum, karena disajikan oleh lembaga-lembaga tertentu melalui media digital. Dengan begitu, maka naskah tersebut dapat diakses oleh masyarakat secara luas,” terang Purnawan.

Hingga ke Mesir

Salah satu pembicara dalam seminar tersebut yakni peneliti Filologi, Menachem Ali, S.S., M.A.Min. memaparkan, bahwa masa pandemi membuatnya dapat menelusuri filologi hingga ke Mesir. “Saya berkomunikasi dengan komunitas naskah khususnya kitab-kitab pesantren, justru di masa yang sangat sulit, yakni pandemi ini,” ungkapnya.
 
Dari hasil komunikasi tersebut, dosen yang juga tokoh Agama Islam itu mengatakan bahwa naskah yang ditulis oleh tokoh-tokoh Nusantara juga diterbitkan di wilayah Mesir. Penerbitan tersebut dilakukan oleh penerbit Mustafa Al- Babi Al Halabi yang termasuk penting dan terkenal. 
 
Naskah-naskah tersebut ditulis dalam tulisan Arab, namun menggunakan beberapa bahasa di Nusantara. Perpaduan tulisan Arab dan bahasa Nusantara tersebut kemudian dikenal dengan istilah bahasa Jawi. 
 
“Ada istilah di masing-masing kitab yang diterbitkan di Mesir, yakni Jawi dan kemudian disebutkan nama daerahnya. Misalnya Jawi Sunda, Jawi Madura, dan sebagainya,” imbuh Ali.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan