Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Didiek Hadjar Goenadi. Foto: Zoom
Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Didiek Hadjar Goenadi. Foto: Zoom

Kegiatan Riset Jadi Fondasi Pengembangan Industri Kelapa Sawit

Citra Larasati • 31 Maret 2022 23:04
Jakarta:  Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis nasional.  Sehingga dibutuhkan penelitian dengan dukungan pendanaan riset yang mencukupi serta ketersediaan Sumber Daya Manusia mumpuni untuk pengembangan sawit berkelanjutan.
 
"Kegiatan riset merupakan fondasi industri sawit," kata Kepala Divisi Lembaga Kemasyarakatan dan Civil Society Badan Layanan Umum (BLU) BPDPKS, Aida Fitria dalam webinar Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru Hasil Riset, Rabu, 30 Maret 2022.
 
Untuk itu, kata Aida, dibutuhkan alokasi dana riset yang mencukup.  Hal ini agar penguatan aktivitas riset dapat dilakukan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam mendorong pengembangan industri sawit yang berkelanjutan. 

Tidak hanya itu, regenerasi peneliti sawit juga perlu dilakukan dan ditumbuhkembangkan sejak dini.  Utamanya sejak mahasiswa, agar pengembangan industri sawit yang berkelanjutan dapat terwujud. 
 
Saat ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggandeng Asosiasi Inventor Indonesia (AII) untuk mendorong penguatan industri sawit berbasis teknologi baru.  Dalam hal ini, AII melakukan sosialisasi hasil-riset yang didanai BPDPKS untuk memajukan industri kelapa sawit tersebut.
 
Setidaknya, kini ada 13 hasil riset dan teknologi yang didanai BPDPKS siap menuju komersialisasi.  Di antaranya adalah limbah kelapa sawit yang menjadi material nanocrystal dan plastik limbah sawit yang bisa terurai alami.
 
Kemudian riset dan inovasi busa pemadam kebakaran dari minyak sawit, timah organik dari residu minyak sawit membuat pipa PVS bebas timbal dan kilang nabati yang mengubah batang pohon sawit menjadi gula dan karbohidrat.
 
Sosialisasi salah satunya dilakukan melalui webinar, untuk memperkenalkan hasil riset inventor kepada para calon investor.  "Dengan begitu, investor pun dapat mengenal lebih jauh sehingga berpotensi untuk dikomersialisasikan," kata Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Didiek Hadjar Goenadi. 
 
Hasil penelitian yang akan dipromosikan sudah sampai tingkat kesiapan terapan teknologi atau Technology Readiness Level (TRL) 7.  Itu artinya siap dikomersialisasi, tetapi belum sampai produk jadi.  Sehingga masih butuh beberapa penelitian lagi untuk sampai TRL tertinggi, yaitu 8-9.
 
"Ini yang menjadi kendala para inventor dalam komersialisasi produk, berhenti di TRL 7, padahal industri atau investor maunya kerja sama jika hasil penelitian sudah TRL 8-9," kata Didiek yang menganalogikan kondisi di antara TRL 7-8 sebagai lembah kematian (death valley) bagi inventor.
 
Untuk itu, AII membantu para inventor agar tak terjadi lagi syndrome of the death valley. Didiek menyebut, ada sekitar 138 invensi yang selesai pendanaannya oleh Grand Riset Sawit BPDPKS tahun 2015-2019. Dari jumlah itu, berdasarkan hasil valuasi oleh tim ahli, ada 13 invensi yang sudah masuk TRL 6-7 dan dinyatakan siap untuk masuk komersialisasi produk.
 
Baca juga: AII Fasilitasi Hilirisasi 13 Inventor Grand Riset Sawit, Ini Daftar Penelitiannya
 
"Jadi AII tidak melakukan seleksi dengan kriteria sendiri, tetapi mengikuti standar yang berlaku secara internasional, lewat penilaian TRL mulai dari angka 1 hingga 9," tuturnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan