Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi (FRI) BRIN, Agus Haryono mengatakan, pihaknya terus memperbaiki skema pendanaan agar memfasilitasi para periset dalam melakukan riset dan inovasi. Skema-skema fasilitasi yang tersedia, sifatnya terbuka untuk masyarakat seluruh Indonesia.
Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi pada Deputi Bidang FRI BRIN, Ajeng Arum Sari memaparkan tentang skema atau program pendanaan riset dan inovasi. Menurutnya, semua skema pendanaan di BRIN bisa juga dimanfaatkan oleh perguruan tinggi, industri, dan masyarakat.
"Beberapa skema pendanaan di BRIN, ada pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) yang terdiri dari Kompetisi, Ekspedisi, startup, Investasi, dan joint fund. Pengujian Produk Inovasi Pertanian, Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, dan Pusat Kolaborasi Riset (PKR), serta Fasilitasi Hari Layar (FHL). Semua skema pendanaan tersebut dalam satu tahun memiliki 2-3 gelombang pendanaan," paparnya.
Ajeng menjabarkan, pendanaan RIIM Kompetisi berfokus pada riset dan inovasi di bidang pangan termasuk pangan halal, kesehatan, dan energi bagi kemandirian nasional. Pendanaan ini terbuka juga untuk bidang-bidang riset unggulan termasuk tenaga nuklir, penerbangan dan antariksa, elektronika, informatika, kebumian, maritim, hayati, lingkungan, material, arkeologi, sosial humaniora, bahasa, ekonomi dan tata kelola pemerintahan.
"Skema pendanaan RIIM Ekspedisi merupakan pendanaan riset berbasis kompetisi dan kompetensi untuk menghasilkan data atau koleksi ilmiah. Tujuannya untuk memperoleh temuan data, pengetahuan, wawasan baru atau sumber-sumber koleksi ilmiah. Hal ini terkait keanekaragaman SDA, sosial budaya, dan arkeologi di wilayah NKRI sesuai dengan tema yang telah ditentukan," bebernya.
Dia juga menjabarkan tentang pendanaan RIIM Startup, sebagai pembiayaan untuk calon perusahaan start-up atau rintisan berbasis hasil riset BRIN atau hasil riset masyarakat. Tujuannya agar masyarakat siap menjadi pengusaha pemula yang mendatangkan keuntungan dan berkelanjutan.
"Adapun skema RIIM Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, merupakan program yang terbuka bagi periset BRIN dan dari instansi eksternal. Baik yang berasal dari lembaga riset, perguruan tinggi maupun industri yang mempunyai R and D, untuk melaksanakan kegiatan uji praklinik dan klinik," tambahnya.
Untuk skema pendanaan lainnya, lanjut Ajeng, yaitu Pusat Kolaborasi Riset (PKR) sebagai pusat riset yang menjadi wadah pusat kolaborasi pelaksanaan riset dan inovasi bertaraf internasional. Pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin dengan standar hasil yang sangat tinggi, dan relevan dengan kebutuhan pengguna iptek.
Pusat riset ini merupakan bagian dari universitas atau akademi yang ditunjuk oleh pimpinannya, untuk melakukan kegiatan dalam mendukung program-program organisasi.
Sedangkan skema Fasilitasi Hari Layar, BRIN Memberikan akses yang terbuka dan inklusif bagi para periset, dosen, dan mahasiswa untuk memanfaatkan fasilitas Kapal Riset BRIN. Hal ini untuk melakukan akuisisi data atau koleksi spesimen yang memerlukan kapal riset BRIN.
"Pelaksanaan Hari Layar akan menggunakan KR Baruna Jaya I, KR Baruna Jaya III, dan KR Baruna Jaya VIII, maupun kapal asing yang bermitra dengan BRIN. Tujuannya agar terlaksananya riset multidisiplin dalam menghasilkan temuan ilmiah yang signifikan. Dalam mengungkap keanekaragaman hayati dan nonhayati dengan skala makro, mikro, dan molekuler, serta pemanfaatannya secara berkelanjutan," tandasnya.
Alur skema pendanaan mulai dari pengajuan proposal, pendaftaran dengan mendaftar pada website pendanaan riset dan inovasi. Dilanjutkan dengan seleksi administrasi, seleksi substansi, dan penajaman Rencana Anggaran Biaya (RAB). Apabila proposal diterima maka skema pengelolaan anggaran untuk periset berada di organisasi/universitas, sehingga ada laporan yang harus diselesaikan.
Baca juga: Peneliti BRIN Ungkap Penerapan AI pada Teknologi Forensik |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News