Hal ini dipaparkan Asep dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar, Kamis, 26 November 2020. Menurutnya, saat ini masyarakat cenderung mencari produk pangan yang dapat memberikan efek terhadap kesehatan atau disebut pangan sehat.
Menurut Asep, adanya kecenderungan masyarakat saat ini enggan mengonsumsi produk daging dikarenakan kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi yang berkorelasi negatif terhadap kesehatan. Diperlukan diversifikasi protein hewani asal daging ternak dalam upaya menghasilkan produk pangan sehat sesuai dengan gaya hidup masyarakat masa kini.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Upaya penyediaan pangan sehat asal ternak dapat dilakukan di antaranya dengan memaksimalkan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia,” ujarnya.
Pengembangan produk pangan asal ternak dapat diarahkan untuk peningkatan produksi daging baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Secara kuantitas produksi daging didorong pada peningkatan pertambahan sifat produksi dan pertumbuhan.
Baca juga: Kukuhkan 8 Guru Besar Sekaligus, Terbesar dalam Sejarah ITS
Seperti bobot badan, bobot potong, dan karkas. Secara kualitas, perbaikan produksi daging diarahkan menghasilkan produk pangan sehat yang dapat memenuhi preferensi konsumen, aman dan positif untuk kesehatan.
Di antaranya perbaikan komposisi asam lemak, kadar kolesterol, off odor flavor (bau prengus pada kambing atau domba, bau amis pada bebek) dan sifat keempukan daging. Dengan teknologi milenum berbasis generasi omics high-throughput RNA sekuensing, IPB berhasil meningkatkan nilai tambah daging sebagai pangan sehat asal ternak.
Secara umum, dalam kurun waktu tujuh tahun ini, kami telah menemukan penanda seleksi cepat berupa kandidat marker spesifik (CYP2A6, LEPR, dan CYP2E1) untuk menghasilkan daging domba IPB kualitas premium. "Keunggulan dari daging Domba IPB kualitas premium ini dibandingkan dengan domba biasa adalah kaya akan kandungan asam lemak tak jenuh, rendah kolesterol, memiliki off odor dan flavour (prengus) yang rendah, menghasilkan bobot potong dan karkas besar serta memiliki keempukan daging tinggi,” terangnya.
“Melalui kandidat marker tersebut dapat diketahui secara cepat kualitas daging domba yang dihasilkan. Diharapkan produk daging ternak yang dihasilkan dapat memperbaiki mutu genetik ternak lokal sebagai penyedia pangan sehat yang dalam jangka panjang akan mampu menegakkan kemandirian dan pemenuhan protein hewani,” imbuhnya.
Menurut Asep, Domba IPB Premium ini akan diperbanyak. Sekarang skalanya masih skala laboratorium dan belum divalidasi pada lingkungan yang sebenarnya.
Untuk mendapatkan kondisi yang stabil, Asep mengatakan bahwa diperlukan pemeliharaan hingga lima generasi atau sekitar tiga tahun.
“Dari 350 ekor domba yang kami pelihara, hanya ada 60 ekor yang sesuai dengan karakteristik yang kita inginkan. Ini nanti yang kita kembangkan. Untuk persoalan harga, karena ke depannya daging ini spesifik, marketnya juga spesifik, pasarnya juga tertentu yang menyesuaikan kebutuhan konsumen, maka tentu harga akan sedikit lebih mahal dari normal. Tapi tidak menutup kemunginan ada grade-grade-nya,” terangnya.
(CEU)