Ketua kelompok inovasi pestisida alami berbahan baku limbah tembakau tersebut, Vera Yunita Wulandari mengatakan, ide ini muncul dari kebiasaan petani tembakau di lingkungan rumahnya, Dusun Sumberejo, yang membuang tembakau kering tidak layak jual. Padahal, limbah itu bisa menjadi bahan baku pestisida alami.
"Bapak-bapak di sini juga gemar merokok, sehingga sampah rokok yang dihasilkan juga cukup banyak," kata Vera di Malang, Kamis, 21 Januari 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Berbekal kondisi itu, ia dan empat mahasiswa lain, yaitu Achmad Septiano Febrian, Lusi Liana Ningrum, Nayunda Nanda Rista, dan Nur Alvina Proborini melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan tembakau.
Mereka menemukan bahwa nikotin dalam tembakau bisa dijadikan pestisida alami. Guna melakukan penelitian lebih lanjut, kata dia, ide tersebut diajukan ke Program Kreativitas Mahasiswa-Teknologi (PKM-T) dan mendapat pendanaan riset dari Dikti.
Baca: Kandidat Doktor UI Teliti Kualitas Perkawinan Tanpa Anak di Indonesia
Mahasiswi Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM itu menjelaskan, beberapa peraturan pendidikan tinggi berubah karena adanya pandemi covid-19. Salah satunya agenda sosialisasi yang hanya bisa diadakan secara daring.
Meski demikian, ia dan tim tetap melakukan usaha maksimal agar mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Mereka menyiasatinya dengan membuat video tutorial.
"Jadi, kami membuat video tutorial. Videonya tidak diperbolehkan menggunakan orang sungguhan, akhirnya kami menggunakan video animasi untuk memudahkan para petani dalam memahami materi dengan baik,' kata mahasiswi kelahiran Blitar ini.
Menurut dia, meskipun tidak bisa melakukan praktik langsung di lapangan, para petani tembakau sangat antusias dengan materi yang diberikan. Selain dapat mengurangi limbah dan sampah, ia berharap para petani dapat mengembangkan keterampilan baru dengan membuat pestisida alami ini.
"Lebih-lebih bila mampu membantu perekonomian para petani tembakau," ucapnya.
Kegiatan pembuatan pestisida alami berbahan baku limbah tembakau bagi para petani di Blitar itu sudah dilakukan kelima mahasiswa tersebut sejak Agustus 2020.