Para ibu di Tebet, Jakarta Selatan, antusias belajar public speaking. Foto: Dok TBM Bukit Duri Bercerita
Para ibu di Tebet, Jakarta Selatan, antusias belajar public speaking. Foto: Dok TBM Bukit Duri Bercerita

Ibu-ibu pun Belum Terlambat Belajar Public Speaking

Wandi Yusuf • 28 Oktober 2024 08:14
Jakarta: Berbicara di hadapan khalayak umum tidaklah mudah. Sebagian besar kalangan masyarakat merasa kesulitan atau bahkan tak mampu menyampaikan ide dan gagasannya karena dilanda perasaan yang kerap disebut nervous atau gugup. 
 
Namun, bagi sebagian kalangan, karena sudah terbiasa, berbicara di depan umum sesuatu yang sangat mudah, bahkan untuk waktu yang cukup lama. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Banyak yang merasa sulit dan ada yang menilai mudah.
 
Karena keterampilan berbicara di depan itu sangat penting bagi siapa pun, termasuk ibu-ibu, maka TBM Bukit Duri Bercerita menggelar acara bertema Lokakarya Seni Berbicara di Depan Umum dalam kaitan kegiatan penguatan literasi di masyarakat.

Kegiatan diikuti sekitar 50 orang ibu berbagai usia. Lokakarya diadakan di TBM Bukit Duri Bercerita, Bukit Duri Tanjakan, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu, 27 Ooktober 2024.
 
Antusiasme dan semangat tinggi diperlihatkan, bukan saja ibu-ibu muda, tapi ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Pendiri TBM Bukit Duri Bercerita, Safrudiningsih, sebagai pemateri memberikan paparan ringkas dan mudah dimengerti. 
 
"Para ibu ingin punya kemampuan berbicara di muka umum yang dapat dipergunakan saat berkumpul arisan, pengajian, acara keluarga, maupun acara-acara diadakan warga kampung," kata Safrudiningsih, melalui keterangan tertulis yang diterima, Senin, 28 Oktober 2024.
 

Penting saat mendidik anak

Pada paparannya, Safrudiningsih yang biasa disapa Kak Ning-Nong menjelaskan pentingnya para ibu mempunyai kemampuan berbicara di depan umum. Di dalam keluarga, kemampuan itu bisa diterapkan dalam pola pendidikan anak. 
 
Kemampuan berbicara di depan umum pun akan menambah kepercayaan diri ibu-ibu untuk menyampaikan sesuatu, baik ide maupun berbagai pikiran untuk kebaikan bersama.
 
"Jika ide dan usulan kita dalam suatu hal disampaikan secara jelas, tidak multitafsir, maka orang akan dengan mudah memahami maksud kita. Dalam suatu forum, penyampaian ide atau gagasan yang jelas, pasti akan direspons dengan baik,” ujar Kak Ning-Nong.
 

Riang gembira

Lokakarya berbicara di depan dikonsep sederhana dan memancing aktivitas peserta sehingga ibu-ibu merasa berkumpul sesama rekan mereka, bukan mendengarkan ceramah serius. Kak Ning-Nong lantas membagi peserta dalam enam kelompok dan masing-masing kelompok menamakan dirinya bebas sesuai kesepakatan kelompok.
 
Maka, nama-nama unik dipilih oleh ibu-ibu. Ada yang menamakan kelompoknya, lontong, ada kelompok sayur, kelompok buah, kelompok teh manis, kelompok wanita mandiri, dan sebagainya.
 
Setiap kelompok diberikan waktu sekitar 10 menit untuk merumuskan ide dan gagasan tentang satu hal. Mereka juga menyiapkan yel-yel kelompok. 
 
Saat tampil, mereka merasa ada di panggung dan sangat percaya diri menyampaikan ide kelompoknya. Setiap kelompok tampil, tawa dan tepuk tangan peserta mengiringi mereka.
 
"Para ibu butuh saluran untuk berbicara dan menyampaikan gagasan. Buktinya, forum lokakarya ini benar-benar dimanfaatkan mereka untuk ngomong apa saja dan tanpa malu berani berbicara di hadapan rekannya," kata dia.
 
Baca: 7 Tips Anti Gugup saat Presentasi, Yuk Coba Praktikkan!

Lokakarya ini merupakan penutup rangkaian kegiatan penguatan literasi masyarakat yang sudah berlangsung selama satu bulan sejak awal Oktober 2024. Safrudiningsih mengucapkan terima kasih kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) telah memberikan bantuan kepada TBM di seluruh Indonesia.
 
TBM Bukit Duri Bercerita merupakan salah satu dari  340 komunitas penggerak literasi di Indonesia yang menerima bantuan dari Badan Bahasa.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan