"Guru selama ini tahunya itu cuma Power Point. Sederhananya mengajar apa saja, kayak iklan minuman, apa saja yang diajarkan 'minumnya' (bentuknya) Power Point," terang Gogot kepada wartawan di sela-sela EduTech Expo 2020 dengan tema "Transforming The Future of Indonesia Education", di JCC Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020.
Untuk itu, guna membuka wawasan guru soal teknologi pendidikan ia mengundang seribu guru untuk mengikuti gelaran Edutech 2020. Selain melihat pameran guru-guru juga akan mengikuti seminar dan lokakarya.
"Harapannya, guru dapat mengenal aneka ragam teknologi pembelajaran terkini. Biar enggak lihat PPT doang," ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, guru di Indonesia untuk kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi masih rendah. Akibatnya, aplikasi-aplikasi pendidikan masih belum optimal masuk di ruang-ruang kelas untuk pembelajaran.
Berdasarkan pemetaan kompetensi yang diadopsi dari UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) ada empat level kategori penguasaan teknologi bagi guru. Level satu ICT literasi, atau literasi Teknologi, Informasi, Komunikasi. Kedua sudah mampu mengoperasikan dan mengaplikasikannya dengan mudah. Level ketiga guru sudah bisa membuat konten sendiri dan level keempat menjadi trainer.
"Hasil pemetaan kami dari 28 ribu ternyata level 1 yang lolos baru 46%. jadi memang kendala utama kompetensi guru menguasai teknologi masih di bawah 50 persen," jelasnya.
Sementara untuk level kedua baru 14 persen yang bisa lolos. "Jadi yang mampu menguasai teknologi itu baru 14-46 persen saja. Masih kurang, jadi kendala utamanya kompetensi guru terbatas," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id