Hal ini menjadi salah satu penyebab anak mengalami father hunger. Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nandy Agustin Syakarofath, menjelaskan father hunger adalah kondisi di mana anak merasakan tekanan psikologis karena ketiadaan figur seorang ayah.
Entah karena meninggal, perceraian, atau ketidakberfungsian peran dari ayah dalam pengasuhan. Akibatnya, seperti melakukan kekerasan fisik atau psikologis.
Riset terdahulu menyebutkan keterlibatan ayah dalam rumah tangga mampu berkontribusi dalam mewujudkan keluarga yang tangguh. Maksudnya, bisa membuat setiap individu mampu mengatasi berbagai permasalahan.
“Jika terjadi sebaliknya, maka keluarga akan menjadi rentan, bahkan dapat menjadi penyumbang berbagai persoalan psikologis yang dihadapi oleh setiap anggotanya termasuk istri dan anak,” ucap Nandy dikutip dari laman umm.ac.id, Kamis, 15 Februari 2024.
Nandy menuturkan sejatinya orang tua memiliki fungsi utama yang wajib diberikan pada anak, yaitu asah, asuh, dan asih. Asah artinya memberikan bimbingan hidup atau pengajaran sehingga anak terlatih serta memiliki skill dan tuan yang jelas.
Asih adalah pemenuhan kebutuhan dasar sebagai manusia untuk mendapatkan cinta kasih dari orang terdekatnya yang dapat dirasakan melalui kontak fisik dan kontak batin. Sementara itu, asuh adalah pemenuhan kebutuhan hidup dalam membersamai tumbuh kembang anak hingga dewasa dan seterusnya.
Misalnya memberikan makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan fasilitas yang layak bagi anak sehingga mereka merasa aman dan nyaman.
Nandy menyebut apabila ketiga fungsi atau peran tersebut tidak diberikan oleh ayah atau ibu, anak akan mengalami berbagai masalah atau isu kesehatan mental. Seperti masalah emosi, perilaku, konflik teman sebaya, hiperaktivitas, hingga persoalan perilaku prososial.
“Bahkan anak dapat mengalami kecemasan, depresi hingga bunuh diri. Jadi, ayah dan ibu sama-sama memiliki kedudukan penting dalam kehidupan keluarga terutama bagi anak-anaknya,” jelas dia.
Nandy memberikan beberapa tips mencegah dampak negatif father hunger. Pertama, calon ayah dan calon ibu harus siap lahir dan batin dan dengan pertimbangan yang matang saat memutuskan akan menikah.
Menikah adalah memulai lembar kehidupan yang baru dengan peran dan fungsi baru berikut juga permasalahannya. Mempersiapkan diri dengan cukup untuk membekali kehidupan rumah tangga sangat penting.
Kedua, belajar mengenai pengasuhan atau cara-cara untuk meguatkan keluarga agar menjadi tangguh. Ketiga, bagi istri yang ditinggal suami, baik cerai hidup atau cerai mati, maksimalkan asah, asuh, dan asih pada anak sehingga kebutuhan dasar anak dapat terpenuhi.
“Umumnya, yang paling sulit dijalankan oleh perempuan pada kondisi tersebut adalah fungsi asuhnya. Terutama jika kurang mandiri secara finansial. Jadi, meski sudah menikah, tidak ada salahnya wanita juga memiliki penghasilan sendiri,” tutur dia.
Terakhir, anak hendaknya bisa mengembangkan soft skill dan hard skill yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mengoptimalkan potensi yang dimiliki agar memiliki kemampuan beradaptasi menghadapi berbagai situasi sulit.
“Meski demikian, tidak semua stres atau persoalan hidup bersifat negatif. Dalam kadar tertentu, stres dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan keterampilan berdamai dengan berbagai persoalan hidup,“ ujar Nandy.
Baca juga: 4 Tips Bonding Ibu Modern Zaman Now |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News