Data pekerja anak berdasarkan usia. Foto: Unpad
Data pekerja anak berdasarkan usia. Foto: Unpad

Guru Besar Unpad: Keberadaan Pekerja Anak Perbesar Lingkaran Kemiskinan

Citra Larasati • 05 September 2023 08:30
Jakarta:  Keberadaan pekerja anak bukan persoalan sepele, bahkan berpotensi menimbulkan masalah luas dan kompleks. Terlebih lagi jika Negara membiarkan anak menjadi pekerja akan membentuk SDM berkualitas rendah hingga lingkaran kemiskinan.
 
“Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Nunung Nurwati, dilansir dari laman Unpad, Selasa, 5 September 2023.
 
Menurut Nunung, hal tersebut diakibatkan anak sejak usia dini sudah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Para anak yang bekerja itu diupah rendah.

Hal ini dapat berdampak ketika mereka dewasa, kemungkinan besar akan menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus memiliki upah rendah. Jika dibiarkan, kondisi ini berpotensi terulang ketika sudah berkeluarga.
 
Mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin dan mendorong anak-anak mereka untuk bekerja. “Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” kata Nunung.
 
Nunung mengatakan, SDM dengan kualitas yang rendah ini akan menimbulkan masalah bagi masyarakat secara luas bahkan negara, sehingga tidak mampu bersaing di pasar global. Menurut Nunung, penyelesaian masalah ini bukanlah dengan menarik anak langsung dari pasar kerja.
 
Akar permasalahannya bukanlah pada anak, melainkan lingkungan yang terdekat, terutama keluarga. Keluarga semestinya mampu untuk memenuhi hak-hak anak, terutama hak bersekolah dan bermain.
 
“Pendekatan untuk penanganan pekerja anak itu tidak bisa dilakukan secara parsial tetapi harus dilakukan secara holistik. Tidak hanya pendekatan ekonomi saja atau legal formal saja, misalnya dengan peraturan, dengan kebijakan, atau dengan program-program pemberdayaan saja itu menurut saya tidak akan menyelesaikan akar masalahnya,” ujar Nunung.
 
Oleh karena itu, intervensi semestinya dapat dilakukan secara multidisiplin ilmu. Ia pun menawarkan suatu konseptualisasi intervesi pekerja anak, dilihat dari the strengths perspective dan person-in-environment perspective.
 
Nunung mengatakan, lingkungan harus tercipta secara kondusif sehingga anak bisa mengaktualisasikan dirinya. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi berbagai institusi, formal maupun nonformal.
 
Ketahanan keluarga juga menjadi penting untuk diperhatikan dengan menggali potensi kekuatan yang ada di masing-masing individu atau keluarga. Dengan ketahanan keluarga, diharapkan anak terbebas dari keharusan untuk bekerja.
 
“Kita juga harus memperhatikan norma budaya yang melingkupi semua dari timbulnya pekerja anak, karena budaya atau kebiasaan juga mempengaruhi anak bekerja,” ujar Nunung. 
 
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id.
 
Baca juga: Hasil Asesmen Nasional Dapat Mengubah Fokus Fondasi Kualitas SDM


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan