Melalui Program Quick Win, Agung memaparkan rencana berbasis empat pilar utama yang mencakup Graduate of Choice, Innovation Ecosystem, Thought Leadership, dan Nationhood. Setiap pilar difokuskan untuk menciptakan perubahan konkret dan mendalam.
“Langkah-langkah kecil yang terukur ini kami percaya akan membawa perubahan signifikan bagi ITB dan mahasiswa,” jelas Agung saat mempresentasikan program ini di hadapan Senat Akademik ITB yang dikutip Kamis 14 November 2024.
Baca juga: 10 Bakal Calon Rektor ITB Sampaikan Visi Misi di Acara Ekspose Publik
Salah satu fokus utama Program Quick Win adalah mencetak lulusan yang unggul dan siap bersaing di dunia kerja. Agung merancang program fellowship bagi mahasiswa berprestasi yang didukung oleh alumni dan mitra industri. Program ini tidak hanya memberikan beasiswa, tetapi juga akses ke bimbingan dari para donatur yang memiliki pengalaman luas di bidangnya.
Kolaborasi ini, menurut Agung, memperkuat jejaring mahasiswa dengan dunia kerja dan membuka jalan bagi mereka untuk langsung berhadapan dengan tantangan nyata. “Kolaborasi dengan industri memungkinkan mahasiswa mengembangkan kemampuan praktis. Ini bukan hanya soal dana, tapi memberi mereka kesempatan berharga,” ujarnya.
Selain penguatan kompetensi mahasiswa, Agung juga berencana untuk menghidupkan kembali Pasar Seni ITB, sebuah acara seni ikonik yang telah menjadi bagian dari sejarah ITB. Langkah ini diharapkan mampu menghidupkan semangat seni dan budaya di ITB, serta melibatkan UMKM lokal untuk ikut berpartisipasi.
“Pasar Seni adalah bagian dari jiwa ITB. Ini bukan sekadar acara, tapi simbol kreativitas yang kami junjung. Dengan ini, kami ingin ITB menjadi pusat seni dan inovasi di Indonesia,” tambah Agung.
Program Quick Win juga mencakup inisiatif untuk memperkuat infrastruktur digital di lingkungan kampus. Agung menekankan pentingnya akses internet berkualitas di setiap fakultas, untuk mendukung proses belajar-mengajar yang optimal.
Selain itu, evaluasi Key Performance Indicators (KPI) akan dilakukan untuk memastikan seluruh tenaga pendidik dan kependidikan beroperasi sesuai standar kompetensi, menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan efektif.
Agung juga mendorong keterbukaan komunikasi di ITB melalui “Townhall Meeting” yang akan dilaksanakan secara rutin. Pertemuan ini akan menjadi ruang bagi mahasiswa, dosen, dan alumni untuk menyampaikan ide, masukan, dan aspirasi secara langsung.
“Kami ingin ITB menjadi tempat di mana setiap suara didengar dan dihargai,” ungkap Agung.
Lebih luas lagi, program ini juga membuka peluang kolaborasi dengan pemerintah daerah, khususnya dalam proyek pembangunan infrastruktur transportasi di Jawa Barat yang dapat berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan ITB untuk menjadi institusi yang tidak hanya berkontribusi dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Agung Wicaksono optimitis bahwa ITB bisa menjadi lembaga pendidikan yang inovatif, inklusif, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.
“Visi kami adalah menciptakan ekosistem yang memfasilitasi kreativitas, di mana lulusan ITB tidak hanya cakap secara akademis, tetapi juga memiliki karakter dan jiwa kepemimpinan yang kuat. Kami percaya bahwa perubahan dimulai dari langkah nyata, dan Program Quick Win ini adalah bukti komitmen kami. Saya mengajak seluruh sivitas akademika ITB untuk bersama-sama melangkah menuju masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News