Dampak eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan merupakan faktor utama yang mendorong cepatnya laju kepunahan ini. Berdasarkan laporan, saat ini satu dari lima orang di seluruh dunia masih sangat bergantung pada sekitar 50.000 spesies hewan liar, tumbuhan, dan jamur untuk makanan, obat-obatan, kosmetik, pariwisata, bahan bakar, pendapatan, dan tujuan lainnya.
Belum lagi perburuan liar akibat maraknya perdagangan satwa liar setiap tahunnya yang kini mencapai nilai USD 23 miliar. Perubahan iklim dan peningkatan permintaan satwa dan tumbuhan liar yang semakin tinggi akan mendorong lebih banyak spesies menuju kepunahan.
“Kita tentunya dapat membayangkan jika hewan dan tumbuhan yang dibutuhkan manusia ini sebagian besar punah, tentunya akan berdampak langsung pada kehidupan manusia karena mengancam keamanan pangan dunia,” ujar Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan, Ronny Rachman Noor, dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Juli 2022.
Ronny menyayangkan dalam praktiknya, pola penangkapan ikan, perburuan, dan penebangan hutan dilakukan dengan cara tidak berkelanjutan sehingga mengancam keberadaan hewan dan tumbuhan tersebut. Dia menyebut eksploitasi alam secara masif ini mengakibatkan sekitar 35 persen ikan liar ditangkap secara berlebihan.
Hal yang sama terjadi pada spesies hewan dan pohon. Sekitar 1.300 jenis hewan dan 10 persen pohon liar kini terancam punah. Pakar konservasi memperkirakan dalam beberapa puluh tahun mendatang, sekitar satu juta jenis tumbuhan dan hewan dapat saja punah.
“Oleh sebab itu, upaya untuk memperlambat laju kepunahan ini harus ditekankan pada pola penangkapan ikan, perburuan hewan, dan penebangan yang berkelanjutan. Sehingga pemanfaatan sumber daya alam ini tidak menyebabkan terganggunya keseimbangan alam,” tutur Ronny.
Dia mengatakan hasil pertemuan 139 negara di Bonn, Jerman beberapa waktu lalu sebagai bagian dari kegiatan IPBES menyimpulkan pemanfaatan spesies liar secara berkelanjutan sangat penting bagi manusia dan alam. Perlu disusun rencana aksi agar aktivitas manusia dalam mata pencaharian dilakukan secara lebih berkelanjutan tanpa merusak keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan.
“Rencana aksi ini juga menjelaskan pentingnya penegakan hukum bagi pelaku penangkapan ikan ilegal dan perdagangan satwa liar. Maka dari itu, diperlukan pula pengelolaan dan sertifikasi hutan yang lebih baik untuk menjaga kelestarian satwa liar dan flora,” jelas dia.
Ronny menyebut peran masyarakat adat selama ratusan tahun dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam menjadi kunci penting dalam menekan laju kepunahan satwa dan flora. Pemerintah perlu memberikan pengakuan atas hak-hak masyarakat adat atas penjagaan lahan dan hutan.
“Pengendalian eksploitasi sumber daya alam harus segera dilakukan agar mampu mengantisipasi peningkatan permintaan akan produk yang semakin meningkat, perubahan iklim yang semakin memburuk, kemajuan teknologi yang menyebabkan metode perburuan, dan penangkapan ikan yang semakin canggih,” tutur dia.
Kajian global yang dilakukan oleh IPBES 2019 membuka mata masyarakat dunia akan fenomena kepunahan ini. Dia menyebut kajian lanjutan di Montreal, Kanada akhir tahun ini diharapkan juga dapat membuahkan kebijakan yang mampu mendorong pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan dalam upaya menekan laju hilangnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: Pakar IPB University Beberkan Fakta Unik Seputar Burung Kicau |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News