Acara yang diwakilili oleh Dekan FIB Unair, Diah Ariani Arimbi ini menyebutkan forum ICAS ke-11 tersebut menekankan diskusi panel meja bundar, pidato utama, pameran kerajinan, festival film dokumenter, dan pameran buku studi Asia. Acara ini mempertemukan para cendikiawan Asia dan budayawan dari seluruh dunia untuk berinteraksi secara langsung.
“Keikutsertaan saya yang ketiga ini untuk lebih membahas budaya lokal, yaitu pesugihan di Tulungagung,” kata Dian dikutip dari laman Unair, Jumat 26 Juli 2019.
Hasil presentasi ini juga akan dimuat dalam jurnal ilmiah. Nantinya dengan dimuatkan pada jurnal yang sudah terakreditasi diharapkan dapat menaikkan peringkat Unair sebagai World Class University (WCU).
Tak hanya itu, yang terpublikasi juga mampu menjadi khazanah ilmu pengetahuan di kampus. Karya Diah yang berjudul “Reading Contemporary Indonesian Muslim Wowen Writers” merupakan hasil presentasi di ICAS pada 2009 yang berhasil dibukukan oleh Amsterdam University Press, yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Airlangga University Press tahun 2018
“Pada Tahun 2009, karya saya tentang penulis perempuan muslim Indonesia adalah hasil dari ICAS yang dibukukan,” paparnya.
Baca: ITS akan Tambah Profesor Asing Perbaiki Peringkat QS World
ICAS 11 memiliki keuntungan terhadap para akademisi. Salah satu keuntungan itu adalah memiliki banyak peluang jejaring (networking). Jejaring yang dapat dimaksimalkan adalah kemungkinan untuk berbagi penelitian, dan bertemu dengan penerbit.
Mengutip dari laman ICAS 11, jumlah peserta yang hadir sebanyak 1.750 orang. Jumlah tersebut meliputi ahli di setiap disiplin ilmu.
Sosial-Humaniora menjadi fokus tema ICAS ke-11. Topik seperti memikirkan kembali pendidikan, transformasi agama, demokrasi, neoliberalisme, dan sejarah intelektual menjadi bahasan menarik dalam konferensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id