"Tetapi, tantangan terbesar itu adalah kita butuh ekosistem yang kuat di daerah sehingga guru guru berkualitas itu bisa hadir dan selalu ada di tengah sekolah dan desa," ungkap Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono dalam Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia, di Jakarta Minggu, 25 September 2022.
Gerakan Indonesia Mengajar melaksanakan Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu-Minggu, 24-25 September di Kantor Kemendikbudristek. Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia menghadirkan para penggerak pendidikan dari beberapa wilayah, mulai dari Papua, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Hikmat menerangkan, Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia merupakan satu kesempatan terbaik, mengundang para guru dan penggerak pendidikan dari beberapa wilayah di bagian Indonesia Timur. Karena dalam perjalanan Gerakan Indonesia Mengajar selama 12 tahun terakhir, banyak pengalaman dan pelajaran yang didapat berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar di Indonesia Timur.
Karenanya, momentum ini menjadi kesempatan baik untuk mengumpulkan pelajaran yang ada dalam satu rangkaian Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia. "Kami meyakini berdasarkan pengalaman kami selama 12 tahun terakhir ini, bahwa pelajaran-pelajaran yang ada di Indonesia Timur ini penting untuk kita kumpulkan, kita pelajari dan kita dengar bersama-sama dengan berbagai keragaman dan tantangan yang ada," jelas Hikmat.
Pada kesempatan tersebut, Hikmat menerangkan, pendidikan di Indonesia Timur memiliki tantangan dan masalah lain yang masih cukup serius sama seperti daerah lain di Indonesia. Namun, menurutnya, menyelesaikan masalah pendidikan di bagian Timur Indonesia tidak selalu dengan menggunakan cara pandang pemerintah yang ada di Jakarta.
"Kita punya pemahaman bahwa menyelesaikan masalah pendidikan itu tidak harus diselesaikan dengan cara-cara tunggal dengan cara-cara yang seragam dari perspektif negara atau perspektif Jakarta," ungkapnya.
Hikmat kemudian menerangkan, kondisi pendidikan di Timur Indonesia mulai dari Maluku, Papua dan NTT, sebenarnya sangat beragam. Dalam pengamatannya, terdapat daerah-daerah yang memiliki kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang cukup baik.
Namun, ia tidak menampik bahwa masih terdapat daerah-daerah dengan kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang masih dianggap kurang layak. Kondisi tersebut, menurutnya, menuntut perhatian lebih dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah hingga para pemerhati dunia pendidikan.
"Sebenarnya, sampai hari ini masih sangat menantang. Itu artinya kalau kita pilih cara fasilitas tidak selalu juga bahwa di Indonesia Timur rata-rata fasilitas kurang, tidak kayak gitu. Ada daerah yang fasilitas bagus tetapi ada juga tempat-tempat masih kurang atau perlu pembenahan," jelasnya.
Adapun pelaksanaan konferensi ini, tegasnya, dalam rangka menggali pengalaman dan menggalang dukungan pemerintah dan orang -orang di Jakarta untuk pembangunan manusia di Timur Indonesia. "Intinya, kita pengen dengar lebih baik dari akar rumput sekaligus juga menggalang orang-orang di Jakarta untuk mendengar lebih baik," katanya.
Partisipasi Masyarakat
Berkaitan dengan pembangunan pendidikan di Timur Indonesia, lanjutnya, tidak pernah terlepas dari dukungan Pemerintah Pusat. Selain itu, kemajuan pendidikan di beberapa wilayah seperti Maluku, Papua dan NTT, tidak pernah lepas dari peran masyarakat dan organisasi Gereja."Kalau secara umum, perspektif di Indonesia Timur yang kami temukan dari sudut pendanaan, ada partisipasi besar dari level negara, dari pemerintah. Tetapi partisipasi masyarakat baik dari warga maupun yayasan-yayasan pendidikan termasuk yayasan Gereja dan partisipasi organisasi keagamaan, itu sebenarnya sangat besar," ungkapnya.
Menurutnya, perkembangan baik pembanguan manusia dalam dunia pendidikan di wilayah Indonesia Timur, tidak lepas dari peran besar organiasi Gereja. "Jadi, hadirnya sekolah-sekolah itu dan tumbuh besarnya pendidikan di kawasan itu, tidak disumbang oleh dukungan negara, tetapi khususnya dari berbagai kalangan masyarakat termasuk khususnya organisasi Gereja," terangnya.
Ia pun berharap, pelaksanaan Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia ini menjadi kesempatan baik untuk membagi pengalaman bersama, terutama para penggerak pendidikan selama ini. Selain itu, konferensi ini merupakan momentum untuk saling mendukung antara sesama para pendidik dalam memajukan pendidikan Indonesia.
"Harapannya, guru- guru dan penggerak itu selalu tabah dan sabar menghadapi semua tantangan dan kerumitan ini, dan kita sama-sama bisa mengajak partisipasi dari seluruh warga termasuk di Jakarta untuk memajukan pendidikan di Indonesia," ujarnya.
Tujuan Konferensi
Public and Partner Engagement Gerakan Indonesia Mengajar, Alief Wicaksono mengatakan,konferensi ini memiliki tiga tujuan utama, yakni merayakan dan mensyukuri komitmen kerja guru dan kepala sekolah yang mendampingi di lokasi mengajar IM. "Tujuan pertama kamu adalah merayakan dan mensyukuri pekerjaan-pekerjaan yang terus dilakukan," kata Alief.

Public and Partner Engagement Gerakan Indonesia Mengajar, Alief Wicaksono. Foto: Medcom.id
Kedua, kata Alief, konferensi ini ingin membagikan pesan kepada orang-orang yang belum pernah mendengar pesan dari timur. Sebuah pesan sederhana bahwa pendidikan di timur Indonesia tidak pernah sendiri.
"Kita yang di barat kita ada di belahan indonesia lain akan slelau menemani kalian untuk bekerja," terangnya.
Ketiga, karena banyak pelajaran berharaga yang Indonesia Mengajar temukan saat mengabdi di timur Indonesia. "Kami ingin mendokumentrasikan pembelajaran tersebut agar lebih banyak orang yang mendengar di belahan tempat lainnya," tegasnya.
Untuk saat ini, kata Alief, Indonesia Mengajar masih berjalan dengan program utama, yakni Pengajar Muda. Program yang mengirimkan relawan pengajar muda, seoerang sarjana yang dikirimkan ke daerah, tinggal di sana satu tahun penuh tanpa pulang.
"Jadi kami tidak ada kunjungan lapangan, kunjungan dinas, kami pakai tinggal dan hidup di sana selama satu tahun. Dalam satu tahun kami kirimkan sebanyak 80 orang ke 10 kabupaten di Indonesia dengan target 80 SD dan 10 kabupaten. Untuk siswanya jika diambil misalkan satu sekolah 100 siswa dikali 100 kali 80 siswa dan tujuan utama kami melibatkan masyarakat jadi membentuk ekosistem masyarakat yang ada di sana," terangnya.
Baca juga: Mendikbudristek: Komunitas Merdeka Belajar Berperan Besar dalam Transformasi Sistem Pendidikan |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id