Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) BRIN, Herry Jogaswara, mengapresiasi penulis jurnal. Bahkan, peneliti BRIN tersebut berhasil meraih penghargaan sains Achmad Bakrie Award atas rentetan temuan aneka lukisan figuratif tertua di dunia yang berada di gua purba di Kalimantan Timur (Kaltim) dan Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Riset ini berhasil untuk memperluas referensi di bidang kesehatan, etnobotani, dan sebagainya. Dari hasil riset ini mungkin dapat membangun riset-riset lain terkait kesehatan, metode pengobatan, riset ini sangat menginspirasi,” kata Herry dikutip dari laman brin.go.id, Jumat, 9 September 2022.
Temuan-temuan di dalam jurnal menunjukkan sebuah riset arkeologi tidak mungkin tanpa ada kolaborasi. Proses kolaborasi ini menjadi dasar mendapatkan temuan-temuan penting.
Herry berharap Kalimantan yang menjadi calon Ibu Kota Negara (IKN), terdapat peninggalan arkeologi mendetail dan dapat terjamah oleh peneliti. Dia menyebut peneliti juga harus bersinergi cepat dengan pembangunan fisik di wilayah IKN.
Peneliti Utama BRIN, I Made Geria, menjelaskan tulisan di jurnal nature.com memberikan inspirasi. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keragaman hayati dan ekosistem tentunya sangat kaya akan situs purbakala.
“Gua sebagai tempat hunian memiliki fungsi pengatur suhu alami. Hasil dari adaptasi masyarakat lalu dalam mengatasi kondisi lingkungan, selain sebagai fungsi daur hidrologi dengan lukisan fungsi pelindung,” ujar Geria.
Manusia purba memiliki kemampuan memanfaatkan sumber alam dan memuliakan alam. Dekat dengan alam, mempelajari alam, dan isinya serta mempelajari pengobatan. Fondasi keberlanjutan sudah dilakukan manusia purba, hingga sekarang yang diwarisi oleh suku-suku bangsa ternyata sudah mengakar dari dulu.
Arkeolog dari Griffith University Australia Maxime Aubert memaparkan jurnal dengan tema “Ice Age Art in The Tropics”. Dalam paparannya, Aubert menjelaskan mengenai lukisan di dinding gua yang berada di Sulawesi dan Kalimantan.
Aubert yang juga meneliti bersama peneliti BRIN menunjukkan hasil kolaborasi riset mengenai teknis perburuan pada zaman purbakala yang terabadikan di dinding gua. Serta yang lebih menakjubkan, ditemukannya lukisan dinding gua tertua yang berusia kurang lebih 43.900 tahun yang lalu.
Hal ini membuka wawasan bahwa Indonesia sangat kaya akan peninggalan-peninggalan prasejarah. Peneliti BRIN, Adhi Agus Oktaviana, memaparkan di Indonesia gambar cadas banyak peninggalannya. Adhi juga menampilkan peta kawasan karst (batu cadas/gamping) di Indonesia.
Karst di Indonesia terbagi menjadi dua area, yakni wilayah hutan hujan tropis yang padat pepohonan. Kemudian, mengarah ke Indonesia timur umumnya berada di pesisir pantai.
Sebaran lukisan gua di Indonesia sudah diteliti sejak 2013 di Sulsel saat Maxime Aubert mengambil sampel uranium. Seni prasejarah Homo Erectus 500.000 tahun yang lalu terdapat motif zigzag dari fragmen (pecahan) kerang.
“Di masa manusia modern awal nusantara terdapat motif anoa dan matahari, ada juga tulang dan perhiasan. Lukisan gua dari 54.000 tahun yang lalu sampai periode kemudian, ditemukan motif gambar banteng di bagian ekornya diikuti motif cap tangan dan cap tangan anak-anak,” jelas Adhi.
Saat penelitian di Kaltim awal 2020, peneliti menemukan enam situs liang (gua) baru. Lalu, peneliti berfokus pada Liang Tebo. Setelah dicek, akhirnya peneliti melakukan perekaman kembali di Liang Tebo. Terdapat 54 motif gambar, sebagian besar adalah cat tangan dan beberapa darinya sudah mengelupas.
Arkeolog dari Griffith University, Tim Maloney, menjelaskan temuannya bersama peneliti BRIN mengenai operasi amputasi anggota tubuh 31.000 tahun yang lalu di Kalimantan. Mereka menemukan sisa-sisa kerangka individu yang tubuhnya lebih rendah kaki kirinya sehingga bisa disimpulkan itu adalah amputasi melalui pembedahan saat masih anak-anak, 31.000 tahun yang lalu.
Ajaibnya, individu tersebut bertahan hidup hingga dewasa sebagai orang yang diamputasi. Bukti prasejarah mengenai operasi amputasi ini diterbitkan di jurnal Nature. Hal ini menakjubkan karena menunjukkan keahlian medis tingkat lanjut yang dikembangkan pemburu manusia purba di hutan hujan tropis.
Peneliti tidak dapat mengesampingkan kemungkinan kolonisasi manusia di hutan hujan purba Kalimantan mendorong dan memfasilitasi kemajuan awal dalam teknologi medis yang unik. Tingkat infeksi luka yang cepat di daerah tropis mungkin telah merangsang pengembangan obat-obatan baru yang berasal dari keanekaragaman hayati tanaman dan flora endemik Kalimantan yang sangat kaya.
| Baca juga: Penelitian Asal Usul Leluhur Indonesia: 2% Genome Orang Papua Berasal dari Afrika |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id