"Bahwa UN itu untuk kebaikan semuanya, terutama anak didik. Jadi, fokus harus ke anak didik, bagaimana UN penting buat mereka. Untuk itu, semua pihak harus memikirkan kondisi anak didik ketika memutuskan UN itu diadakan atau tidak," kata pengamat pendidikan Universitas Paramadina, Totok Amin, kepada Medcom.id, Jumat, 1 November 2024.
Ia menyebut pelaksanaan UN sebaiknya mengacu pada kajian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini penting agar tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat.
"Selama ini, pihak yang pro dan kontra menggunakan argumentasi yang bias, misalnya yang pro menilai tanpa UN anak didik tidak belajar atau yang kontra menganggap UN membuat anak didik menderita gangguan mental dan sebagainya. Kajian sudah ada, nanti dipertimbangkan dengan matang," tutur dia.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, mengatakan tengah mengkaji diadakannya kembali Ujian Nasional (UN). Sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Makarim menghapus UN pada 2020.
"UN mau dibalikin atau tidak karena masih dalam pembahasan," kata Mu'ti dalam Silaturahmi Media di Jakarta, Rabu. 23 Oktober 2024.
Ia menyebut pembahasan tersebut dilakukan hati-hati. Terlebih, isu ini akan terus dibicarakan.
Mu'ti juga menyoroti Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN. AN merupakan alat evaluasi pembelajaran di sekolah.
"Sehingga sabar dulu kami masih terus melakukan pengkajian supaya kebijakan kami tentang ujian nasional apakah namanya tetap sama itu atau asesmen seperti yang ada sekarang," tutur dia.
| Baca juga: UN Perlu Dikembalikan, Komnas Pendidikan: Anak Sekarang Terlalu Santai |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
