Melihat kondisi ini, Katua Majelis Senat Akademik PTN Badan HUkum (PTNBH), Sulistiowati menilai akademisi memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan dan mengembalikan integritas akademik di lingkungan kampus tersebut. Sulistiowati menyebutkan, berbagai persoalan yang dihadapi turut memperkeruh terjadinya pelanggaran integritas akademik.
Mulai dari plagiarisme, rendahnya kualitas penelitian, hingga joki publikasi mewarnai dunia pendidikan tinggi Indonesia saat ini. “Meskipun bukan hal baru, masalah ini dikatakan kronis di dunia kampus,” ujar Sulistiowati saat membuka Sidang Paripurna Majelis Senat Akademik PTN BH di kampus Universitas Padjadjaran, Sabtu, 3 Juni 2023.
Ia kemudian menyoroti pelanggaran integritas akademik, yang menurutnya bukan sekadar persoalan individu. Menurutnya, pelanggaran ini menjadi permasalahan sistemik, sehingga membutuhkan formula bersama untuk mengatasinya.
Hal ini menjadi salah satu bagian dari agenda Sidang Paripurna kali ini. Majelis Senat Akademik PTN BH berupaya menemukan formula yang bisa menjadi solusi bersama dalam mengentaskan masalah kronis tersebut.
“Penyakit kronis ini perlu disembuhkan bersama. Solusi ini diharapkan dapat mengatasi faktor penyebab tidak pada level individu dan tata kelola perguruan tinggi, tetapi bisa sampai ke level kebijakan nasional,” kata Sulistiowati.
Ia menekankan, menjadi penting untuk “menyembuhkan” penyakit kronis ini. Sebab ke depan, perguruan tinggi Indonesia harus bisa mengembalikan kepercayaan publik sebagai institusi yang menjunjung tinggi integritas akademik, sehingga akan lebih dipercaya masyarakat, industri, dan komunitas internasional.
Rektor Unpad, Rina Indiastuti memaparkan, saat ini Unpad maupun perguruan tinggi di Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan yang berkaitan dengan integritas akademik. Masa pandemi dan pascapandemi Covid-19 mengubah dinamika aktivitas akademik di kampus.
Hal ini salah satunya berdampak pada komitmen sivitas akademik untuk kembali ke kampus. Tantangan lainnya adalah munculnya berita negatif tentang perguruan tinggi. Rina mengatakan, berita ini berpotensi mengganggu suasana akademik.
Selanjutnya, perkembangan teknologi ChatGPT yang tidak hanya memiliki manfaat, tetapi juga dapat berpotensi menggerus karakter intelektual sivitas akademika. Tantangan terakhir, kata Rektor, tertutupnya formasi ASN untuk PTN BH.
Saat ini, formasi dosen lebih banyak dosen tetap non ASN, dosen luar biasa, hingga dosen praktisi. “Berbaurnya atribut dosen itu menjadi tidak mudah untuk merawat integritas akademik. Itu tantangannya,” imbuhnya.
Rektor mengatakan, penerapan integritas akademik yang baik terlihat manakala sivitas akademika menggunakan kebebasan akademik secara benar dan bertanggung jawab. Sivitas akademika mampu melaksanakan pekerjaan akademik dengan cara jujur dan etis untuk membangkitkan reputasi diri maupun institusi.
Ini berarti, upaya penegakan integritas akademik akan lebih mudah jika dikerjakan secara kolektif. “(Membangkitkan reputasi institusi) jarang sekali kita lihat. Jadi tidak digabungkan reputasi personal dengan reputasi institusi,” tegas Rina.
Untuk itu, perguruan tinggi perlu mendorong sivitas akademika tentang pentingnya penegakan integritas akademik secara bersama. Selain itu penegakan integritas akademik bisa menjadi energi untuk pertumbuhan kinerja akademik yang berkelanjutan.
“Jadi bukan sekadar jujur, tetapi bagaimana caranya bisa menumbuhkan kinerja akademik yang terus menerus. Tidak ada lagi cerita perguruan tinggi yang dijelek-jelekkan kalau reputasi personal dan akademik dijaga bersama. Bagaimana kita memadukan strategi institusi dengan kepentingan personal, sehingga bisa tumbuh integritas akademik,” papar Rektor.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Baca juga: Majelis Senat Akademik 12 PTNBH Berkumpul di Unpad, Bahas Apa? |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News