Keuntungannya, satelit mendapat cakupan lebih luas. Konstelasi satelit pertama yang dikembangkan adalah Nusantara Earth Observation (NEO).
NEO terdiri dari dua satelit resolusi sangat tinggi, empat satelit resolusi tinggi, serta dua satelit SAR (Synthetic Aperture Radar). Satelit seri pertama atau NEO-1 yang sedang diselesaikan adalah satelit resolusi tinggi.
NEO-1 merupakan satelit generasi keempat atau dikenal dengan nama A4. Satelit ini akan lebih canggih karena spesifikasi muatannya lebih baik dari satelit-satelit generasi sebelumnya seperti LAPAN-A2 dan LAPAN-A3.
Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, M. Arif Saifudin, mengatakan saat ini riset NEO-1 sudah memasuki fase akhir Assembly, Integration, and Test (AIT). Tahun ini, Pusat Riset Teknologi Satelit menargetkan penyelesaian akhir serta persiapan peluncuran satelit.
"Rencana peluncurannya antara akhir tahun 2024 atau awal 2025. Satelit diluncurkan pada ketinggian sekitar 500 kilometer dari permukaan bumi dengan orbit Sun Synchronous Polar," papar Arif dikutip dari laman brin.go.id, Rabu, 8 mei 2024.
Arif menyampaikan NEO-1 sudah melewati serangkaian pengujian, seperti level subsistem atau komponen meliputi pengujian fungsional, pengujian kinerja, serta sebagian dilakukan pengujian lingkungan. Hal ini dilakukan agar komponen memenuhi persyaratan untuk digunakan di satelit.
Setelah perakitan dan integrasi akhir selesai, kemudian dilakukan pengujian level sistem meliputi pengujian fungsional, pengujian vibrasi, dan pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC). "Satelit siap diluncurkan jika seluruh proses AIT dan pengujian akhir sudah selesai," papar dia.
Chief Engineer NEO-1 ini menjelaskan misi utama satelit adalah observasi bumi menggunakan kamera optik line scanner dan kamera termal inframerah. Pada kamera optik, NEO-1 membawa kamera multispektral resolusi tinggi yang sebelumnya tidak ada di LAPAN-A3.
Resolusinya 5 meter dengan lebar swath (sapuan) 33 kilometer. Untuk kamera resolusi menengah mempunyai cakupan lebih lebar dibandingkan dengan kamera resolusi menengah pada satelit LAPAN-A3, yaitu 16 meter dengan lebar swath 230 kilometer.
"Dengan kamera ini, citra NEO-1 diharapkan bisa mendukung bidang penginderaan jauh. Citranya bisa dimanfaatkan untuk aplikasi pertanian, kehutanan, kelautan, lingkungan, pemetaan, serta aplikasi lainnya yang menggunakan data citra satelit," ungkap Arif.
Satelit juga membawa kamera inframerah milik Hokaido University, Jepang. Data citranya dapat digunakan untuk pengamatan titik api (hotspot) kebakaran hutan, aktivitas vulkanik dari gunung berapi, pengukuran temperatur permukaan, serta riset terkait cuaca.
NEO-1 juga mengemban misi pemantauan maritim dengan membawa muatan Space Based Automatic Identification System (AIS) Receiver. Misi ini memungkinkan untuk mengamati lalu lintas maritim secara global, baik pemantauan umum maupun khusus terkait dengan keamanan dan keselamatan transportasi laut.
Muatan atau payload lainnya yang dibawa NEO-1 yaitu Magnetometer. Misinya melakukan pengukuran medan magnet bumi dengan kemampuan penerima data yang lebih baik.
"Nantinya, data tersebut bisa digunakan periset untuk misi ilmiah seperti pemantauan gejala atau tanda awal kejadian gempa bumi dengan cara melihat perubahan medan magnet sebelum terjadinya gempa. Data tersebut juga dapat diaplikasikan untuk aktivitas geomagnetik," papar Arif.
Misi lain yang diemban NEO-1 adalah telekomunikasi low-datarate dari perusahaan startup Indonesia, PT Netra.
Baca juga: Memanfaatkan Data Satelit demi Produktivitas Pertanian |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id