Ilustrasi. Foto: MI/Susanto
Ilustrasi. Foto: MI/Susanto

Momen Ramadan, Saatnya Berpuasa Media Sosial

Medcom • 01 April 2023 22:15
Jakarta: Berpuasa tak hanya menahan rasa lapar dan dahaga. Ramadan kali ini, kiranya juga pantas untuk mengerem penggunaan media sosial.
 
Tak heran, banyak netizen mengampanyekan gerakan detoks media sosial. Detoks berasal dari kata detoksifikasi yang berarti 'membuang racun'. 
 
"Adapun detoks dalam media sosial artinya memilih untuk berhenti dalam waktu tertentu dalam aktivitas bermedia sosial," kata Founder Muslimmilenial Romzi Ahmad melalui keterangan tertulis yang diterima Sabtu, 1 April 2023.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pernyataan Romzi mengemuka saat menjadi pembicara dalam kegiatan Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) Ngabuburit bertema Detox Media Sosial di Bulan Ramadan, Perlukah? Kegiatan ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatikan bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
 
Di bulan suci Ramadan ini, Romzi berharap penguna media sosial tetap mawas diri dan bijaksana dalam bermedia sosial. Karena itu, puasa media sosial ini menjadi penting untuk diperbincangkan lebih jauh.
 
Romzi menjelaskan hukum agama mewajibkan untuk berinteraksi dengan cara yang baik. Ia mengatakan standar moral interaksi baik di ruang digital maupun di ruang nyata pada dasarnya sama.
 
"Menahan diri atau menahan jempol untuk tidak mengeluarkan komentar-komentar negatif," kata dia.
 
Karena batasan di ruang digital semakin kabur, maka anjuran untuk menahan diri agar menjalin hubungan baik dengan pengguna media sosial lainnya semakin relevan. Terkait toleransi, Romzi menyatakan tolerasi bukanlah sikap mengabaikan orang lain.
 
"Toleransi berarti sikap berani menerima perbedaan yang merupakan bagian dari hukum alam atau sunnatullah," kata dia.
 

Alasan berpuasa media sosial

Romzi menjelaskan ada sejumlah alasan orang-orang memilih berpuasa media sosial. Dari mulai menghilangkan distraksi hingga menjaga diri dari konten negatif. Tetapi, ada pula orang yang memilih lebih aktif media sosial dengan berhubungan dengan momen bulan Ramadan.  
 
Sebagai content creator, Adrian Qalbi yang juga seorang komika dari Majelis Lucu Indonesia, mengatakan pilihan untuk melakukan detoks media sosial sebaiknya tidak perlu diperlihatkan. Sikap tersebut justru bertolak belakang dengan tujuan untuk mendapatkan kesehatan mental yang lebih baik. 
 
Ia mengatakan media sosial rawan dijadikan ruang mencari validasi. Karena itu, tindakan tersebut dapat diatasi dengan detoks media sosial.
 

Sebarkan informasi kesehatan

Dokter Dhea Mangun dari Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas) menyatakan media sosial dapat jadi penyebaran informasi kesehatan. Dhea menyarankan kolaborasi bersama pemengaruh kesehatan agar penyebaran informasi menjadi jauh lebih luas. 
 
"Kita kolaborasi dengan influencer tenaga kesehatan yang kredibel," kata dia.
 
Ia mengutip studi dari Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan merupakan pihak yang paling dipercaya oleh masyarakat dalam menyampaikan informasi kesehatan.
 
Baca: Media Sosial Jadi Cara Apik dalam Berbisnis
 
Kemudian, penggunaan aplikasi berisi informasi kesehatan juga dapat jadi referensi yang dapat dipromosikan pula. Selain itu, masyarakat dapat melakukan kerja sama dengan lembaga kesehatan di daerahnya. 
 
Portkesmas mengupayakan untuk menyediakan akses informasi yang kredibel. Dhea mengambil contoh informasi kesehatan dari Portkesmas berbentuk linktree pada s.id/sehatyuk.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
(UWA)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif