Ilustrasi banjir demak. DOK
Ilustrasi banjir demak. DOK

Cegah Banjir Ekstrem di Demak, Dosen UGM Sebut Kapasitas Tanggul Perlu Dikaji Ulang

Renatha Swasty • 26 Maret 2024 12:33
Jakarta: Hujan dengan intensitas tinggi dan terus menerus mengakibatkan tanggul Sungai Wulan jebol dan mengakibatkan banjir ekstrem di Demak. Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Salahuddin Husein, menyebut pemerintah perlu mengkaji ulang kapasitas tanggul yang disesuaikan bila terjadi potensi banjir ekstrem. 
 
Sehingga, sungai-sungai mampu membawa lebih banyak lagi debit air hujan tanpa harus menyebabkan banjir. “Upaya normalisasi sungai memang sudah dilakukan, tetapi ke depan perlu dilakukan redesain dengan menyesuaikan kondisi saat ini,” ujar Salahuddin dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 26 Maret 2024. 
 
Salahuddin menyebut juga perlu ada upaya pengawasan dan perawatan tanggul secara berkala. Langkah ini diharapkan dapat mencegah tanggul longsor di sejumlah titik yang bisa menyebabkan pendangkalan sungai. 

Sebab, pendangkalan sungai akan mengakibatkan kapsitas tanggul menjadi berkurang. Banyak pihak mengaitkan bencana banjir di Demak dengan kemunculan kembali Selat Muria. 
 
Salahuddin menegaskan Selat Muria di Jawa Tengah tidak akan muncul kembali. Meskipun, dari aspek geologi wilayah Demak, Juwana, dan Pati awalnya Selat Muria berubah menjadi dataran rendah di sekitar abad 10 hingga 15. 
 
“Terbentuknya daerah tersebut karena adanya sedimen yang terbawa saat banjir yang berulang,” tutur dia. 
 
Menurutnya, Selat Muria tidak akan muncul lagi karena proses geologi berupa erosi lajur perbukitan Kendeng dan lajur perbukitan Rembang. Proses geologi berupa erosi kedua lajur perbukitan oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini serta membawa sedimen cukup tinggi. 
 
Kondisi tersebut menyebabkan pendangkalan di Selat Muria. “Wajar kalau banjir terjadi berulang. Ini bukan hal aneh karena dataran rendah tersebut terbentuk karena luapan banjir,” jelas dia. 
 
Salahuddin menyampaikan proses sedimentasi sungai pada umumnya berlangsung saat banjir yang mengakibatkan endapan sedimen tersebut mengumpul sebagai dataran limpasan banjir. Wilayah Demak, Pati, dan Juwana merupakan dataran rendah hasil dari sedimentasi banjir dari Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana. 
 
Dia menyebut Selat Muria menghilang dan menjadi dataran rendah seperti saat ini karena banjir di ketiga sungai tersebut. “Secara geologis tidak usah khawatir Demak dan sekitarnya akan jadi laut lagi karena banjir yang berulang ini membawa sedimen yang membentuk dataran rendah,” ucap dia. 
 
Dia menuturkan faktor perubahan lingkungan terutama lahan dampak dari pertumbuhan permukiman di wilayah dataran rendah bekas Selat Muria berdampak secara geologis. Dampak geologis yang ditimbulkan salah satunya berupa pemadatan lahan untuk pendirian bangunan maupun penggunaan air tanah membuat tanah menjadi kompak, padat, dan agak turun. 
 
Hal ini menyebabkan daerah Demak, Pati, dan Juwana rentan banjir. Terlebih, di tengah meningkatnya bencana hidrometeorologis yang terjadi saat ini.
 
Baca juga: Demak Terancam Tenggelam, Pemerintah Diminta Segera Atasi Banjir di Pantura 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan