Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Bantah Tudingan Plagiasi, Rektor UIN Semarang Siap Beberkan Sejumlah Bukti

Citra Larasati • 28 Desember 2023 19:32
Jakarta:  Rektor non aktif UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Imam Taufiq membantah tudingan plagiasi yang menimpa dirinya. Hal ini disampaikannya setelah masa jabatannya selesai, dan posisi rektor UIN Walisongo dijabat oleh Sekjen Kemenag M. Nizar Ali.
 
Imam menolak tudingan plagiarisme atas dirinya. Menurutnya tuduhan plagiasi yang dialamatkan kepadanya dapat mencoreng reputasi akademiknya sepanjang masa.
 
"Saya siap membuktikan dan membuka seluruh bagian penelitian yang disangka plagiat," tandasnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, 28 Desember 2023. 

Imam dilantik menjadi rektor UIN Walisongo Semarang pada 23 Juli 2019 dengan masa jabatan lima tahun hingga 23 Juli 2023. Namun menjelang pemilihan rektor untuk periode berikutnya, ia dilaporkan atas tuduhan plagiasi.
 
Atas laporan ini ia mengaku mendapat beban moral terkait posisinya sebagai akademisi yang menjunjung tinggi etik.  Plagiasi ini menyangkut karya ilmiah berjudul "Konsep Hilal dalam Perspektif Tafsir Al-Qur'an dan Astronomi Modern (Integrasi dalam Konteks Keindonesiaan).
 
Penelitian kompetitif kolektif yang diajukan sebagai syarat profesor ini dinilai mirip dengan sebuah tesis karya Muh. Arif Royyani berjudul "Memadukan Konsep Hilal dalam Tafsir al-Qur’an dan Astronomi Modern' (Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011).
 
Kemiripan ini pertama kali dilaporkan oleh salah satu guru besar UIN Walisongo, Prof. Mujiyono ke senat universitas. Laporan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Rapat Senat UIN Walisongo pada 13 September 2023 yang memutuskan adanya plagiasi. Keputusan ini digelar atas inisiasi Forum Guru Besar UIN Walisongo dan dilakukan tanpa memanggil dan memintai keterangan Imam Taufiq.
 
Menurut Imam, tesis yang dimaksud itu bahkan tidak diketahuinya ketika melakukan penelitian. Dari awal proposal disampaikan dan dilakukan penelitian tidak ada masalah.
 
Akan tetapi menjelang kontestasi rektor ada yang melaporkan tentang kemiripan tersebut.  Bila dilihat secara materiil, judulnya cukup identik yaitu membandingkan antara astronomi modern dengan ilmu tafsir.
 
Tetapi metodenya berbeda, pada karya Imam Taufiq, selain ada teori-teori juga dilakukan penelitian lapangan, sedangkan tesis Arif Royyani hanya konseptual saja. Kitab rujukan Imam Taufiq adalah tujuh kitab tafsir yang sama sekali berbeda dengan empat kitab tafsir yang dipakai oleh tesis Arif Royyani.
 
"Alhasil, substansi penelitian jauh berbeda karena tafsirnya tak ada yang sama," tandasnya. 
 
Adanya beda substansi ini dibuktikan oleh hasil kerja Tim Verifikasi UIN Walisongo yang dibentuk oleh UIN sesuai Permendikbud Nomor 17 Tahun 2010. Ketua Tim Verifikasi, Prof. Dr. Moh. Erfan Soebahar, M.Ag. mengatakan, pihaknya telah melakukan verikasi secara kronologis dan substantif.
 
Hasilnya, kedua penelitian memiliki objek formal yang berbeda. "Tesis Saudara Arif Royyani murni bersifat normatif, sementara penelitian Saudara Imam Taufiq bersifat normatif dan empiris," katanya. 
 
Secara spesifik ketidaksamaan tersebut meliputi kontekstualisasi pemahaman hilal dalam kitab tafsir, metode penelitian, sumber-sumber rujukan, kriteria hilal yang dipakai, data-data hilal, penelitian lapangan, dan hasil akhir penelitian.
 
Ketika kedua penelitian ini setelah dianalisa secara pair to pair dengan aplikasi WeopyFind 4.1.5 kemiripannya 14 persen - 16 persen. Dengan aplikasi Plagiarism Checker X kemiripannya 16 persen- 17 persen.
 
Kemiripan terjadi pada terjemahan ayat Al-Qur’an, istilah-istilah yang digunakan, rujukan kitab, dan penjelasan teoritik. "Kemiripan sejumlah itu sangat wajar, apalagi terkait terjemahan dan teori-teori. Tidak ada plagiasi," tandasnya. 

Kesakian Peneliti Lain

Adanya kemiripan pada bab 1 dan bab 2 tentang teori-teori disebabkan oleh kontribusi Arif Royani sebagai peneliti pembantu, karena penelitian ini adalah Bantuan Penelitian Kompetitif Kolektif Direktorat Diktis Kemenag RI Tahun 2015. 
 
Hal ini dibenarkan oleh seorang peneliti yang sejak awal terlibat dalam proyek ini. Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya ini, penelitian Imam Taufiq yang pelaksanaannya bersifat kolektif ini melibatkan tiga peneliti lain.
 
Nama yang ketiga ini tidak tertulis di dalam karya penelitian karena pada saat itu status kepegawaiannya belum memenuhi syarat. Tetapi pada proposal awal saja diajukan untuk bantuan operasional penelitian Kemenag nama dia masih tercantum.
 
Tentang keterlibatan Arif Royyani dalam tim awal ini juga dibuktikan dengan korespondensi dan sejumlah laporan yang telah disetorkan. Ia juga telah menerima honor yang sesuai.
 
Tim peneliti dari awal dan sama sekali tidak ada yang tahu tentang tesis itu. Menurut salah satu peneliti yang terlibat, yang pertama kali menemukan kopi tesis itu justru tim peneliti setelah tudingan plagiasi muncul.  Tesis itu terselip di antara banyak tesis lain di perpustakaan UIN dan sudah dicari beberapa kali tidak ditemukan.
 
Tentang kemiripan pada napas judul itu justru terinspirasi dari karya ilmiah Arif Royyani sebelumnya, tentang korelasi astronomi modern dengan ilmu fikih. Kemudian timbul ide memperluas ke ilmu tafsir dengan penelitian empiris.
 
Tim peneliti menandaskan, perbedaan tafsir yang digunakan saja menyebabkan perbedaan pada kontekstualisasi pemahaman hilal terhadap tafsir. Metode penelitiannya pun tidak sekadar kajian teoritik, tetapi ada penelitian lapangan yang dilengkapi data hilal bulan hijriyah dan pengamatan di banyak lokasi dan yang terpenting hasil temuannya jauh berbeda.
 
Jika dianalisa dengan mesin, kesamaan di bawah primary source 25 persen bukan plagiasi karena setiap karya akan memiliki sumber, teori, dan naskah ayat-ayat yang sama. Hal ini bahkan telah disadari oleh pelapor yang pertama kali mengangkat isu ini ke Senat UIN Walisongo.

Mencabut Laporan

Maka dari itu pelapor awal, yaitu Prof. Mujiono telah mencabut laporannya. "Rekam jejak penelitian ini dapat ditelusuri dari sejak proposal hingga hasil jadi, semua masih tersimpan rapi," tandasnya.
 
Mujiyono mengaku laporan ini erat kaitannya dengan kontestasi rektor saat itu. Awalnya adalah surat kaleng yang masuk ke Pansel yang kemudian diteliti kebenarannya.
 
Memang ditemukan ada bagian yang sama, akan tetapi tidak ada informasi bahwa Arif Royyani adalah bagian dari tim peneliti," katanya.
 
Ia melanjutkan, barang ini dijadikan alat untuk menahan Imam Taufiq mencalonkan diri pada kontestasi rektor pada Mei 2023. Namun karena Imam Taufiq tetap mencalonkan, maka perkara ini diledakkan. 
 
Baca juga: Tim Verifikasi Beberkan Temuan Soal Tuduhan Plagiasi Rektor UIN Walisongo, Ini Hasilnya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan