Peneliti BRIN Nani Heryani. DOK BRIN
Peneliti BRIN Nani Heryani. DOK BRIN

Jaga Ketersediaan, Peneliti BRIN Jelaskan Pentingnya Memanen Air

Renatha Swasty • 14 Juli 2023 17:14
Jakarta: Keberlangsungan hidup manusia tak bisa lepas dari kebutuhan air. Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA), pada Organisasi Riset Kebumian dan Maririm (ORKM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hidayat, mengatakan diperlukan panen air untuk menjaga ketersediaan air.
 
"Dalam era perubahan iklim, panen air bisa menjadi salah satu upaya adaptasi terhadap anomali iklim," kata Hidayat dikutip dari laman brig.go.id, Jumat, 14 Juli 2023.
 
Dia mengatakan air yang dipanen saat musim penghujan dengan metode tampung dan upaya konservasi air lainnya dapat meningkatkan ketersediaan air. Panen air juga untuk meningkatkan produktivitas lahan kering di bidang pertanian dan mengubah orientasi tenaga kerja menjadi orientasi teknologi.

Peneliti PRLSDA BRIN, Nani Heryani, menilai perlu adanya panen air. Hal ini lantaran Indonesia mempunyai curah hujan tinggi dengan variasi di beberapa daerah yang memiliki curah hujan rendah.
 
"Kondisi ini yang menyebabkan kita harus memanen air, karena diprediksi beberapa daerah di Indonesia akan mengalami defisit air. Khususnya Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," papar peneliti Ahli Utama yang tergabung dalam Kelompok Riset Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian itu.
 
Doktor lulusan IPB University ini mengatakan terdapat dua pendekatan dan strategi umum untuk panen air. Pertama, pemanfaatan dan optimalisasi air permukaan dengan beberapa cara.
 
"Seperti membuat embung atau waduk mikro, dam parit, atau bendungan kecil, dan long storage atau tampungan air memanjang," papar dia.
 
Kedua, pemanfaatan curah hujan yang ditampung dalam bak penampung. Bak tersebut digunakan untuk keperluan domestik atau rumah tangga.
 
"Desain penentuan jenis infrastruktur panen air untuk keperluan irigasi, tergantung karakteristik sumber airnya. Dari berbagai jenis infrastruktur panen air, dam parit memiliki kapasitas pasokan irigasi paling tinggi, sehingga dapat mengairi lahan yang sangat luas," ujar Nani.
 
Dia meyakini dengan mengimplementasikan teknik panen air, distribusinya dapat diatur menjadi lebih merata. Teknik panen air juga dapat meningkatkan luas lahan, kerapatan vegetasi, meminimalkan penutup tanah. Selain itu, juga dapat mengatur pola dan masa tanam yang tepat, meningkatkan nilai tambah air, serta meningkatkan peran kelembagaan di level petani.
 
Nani mengingatkan kunci optimalisasi pemanfaatan infrastruktur panen air, yaitu dengan pilihan komoditas yang tepat. Kemudian, teknik pemberian irigasi hemat air.
 
"Sistem panen air hujan untuk keperluan domestik terdiri dari empat elemen dasar, yaitu daerah tangkapan air, pengangkutan, penyimpanan, dan penyaluran. Masyarakat di beberapa wilayah yang menampung air hujan dan langsung menggunakannya, kerap mengeluh giginya cepat keropos. Hal ini dikarenakan kandungan asam dalam air hujan, selain itu juga dapat mengiritasi kulit," ucap dia.
 
Nani menyarankan air hujan tidak digunakan langsung, terlebih dikonsumsi. Dia menyebut diperlukan sterilisasi air hujan melalui metode SODIS (Solar Water Disinfection).
 
"Cara tersebut merupakan cara sederhana untuk memperoleh air minum yang sehat dengan memanfaatkan sinar matahari," ujar dia.
 
Nani juga menjelaskan kapasitas tangki penampungan air optimum ditentukan berdasarkan luas daerah tangkapan. Adanya pola curah hujan, jumlah pengguna dalam rumah tangga, dan tingkat kebutuhan, serta ketersediaan air.
 
"Kami pernah melakukan simulasi membuat kebutuhan tangki air untuk rumah tangga di Lombok Barat, NTB. Luas tangkapan air 35.77 m2, runoff 0,85, dan curah hujan tahunan 1367, maka air yang dipanen sebanyak 41,56m3," beber dia.
 
Nani menyebut rumah tangga tersebut terdiri atas dua orang yang mengonsumsi air sebanyak 35 liter/kapita/hari, sehingga kebutuhannya 2,10 m3/bulan. Artinya, tangki yang harus dibuat berukuran 20,08 m3.
 
Dia juga menjelaskan sebaran potensi pembangunan embung skala kecil dan bangunan penampung air lainnya di Indonesia pada 2018. "Berdasarkan data tersebut, terdapat 3.902 unit embung, sejumlah 7.991 unit dam parit, dan sebanyak 2.337 unit long storage. Adapun bangunan air lainnya sebanyak 15.881 unit," papar dia.
 
Baca juga: Periset BRIN Beberkan Sejumlah Temuan Prasasti Sejarah Kebudayaan Bali Kuno

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan