Menurut anggota tim Program Riset Keilmuan Terapan, Adil B. Ahza, riset ini mampu membangun kepercayaan antara perguruan tinggi vokasi dengan dunia industri. Link and match di antara keduanya dipercaya membangun kemitraan yang harmonis antara pemerintah, industri, periset, dan masyarakat luas.
"Harus ada kemitraan yang selaras. Masing-masing pihak tidak bisa bekerja sendiri. Nantinya tim periset bersama mitra, bekerja sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang riil," kata Adil dalam keterangannya, Kamis, 5 Agustus 2021.
Menurutnya, riset untuk keperluan industri memiliki sifat mengejar keuntungan atau profit oriented. Sedangkan, kebutuhan masyarakat memiliki sifat yang lebih social enterprises.
Baca: Praktik dan Magang Terganggu, Pendidikan Vokasi Paling Terdampak Selama Pandemi
"Untuk itu upaya menyelaraskan dua sifat tersebut harus dilakukan secara tersruktur sehingga dapat menangkap maksud dan tujuan masing-masing. Dan bagi politeknik Ini adalah hajatan institusi. Satu organsiasi harus memberikan impact. Ini harus cross discipline, jangan hanya satu orang, tetapi institutional driven," tutur Adil.
Adil menyebut program ini berbasis pada demand driven, yakni riset yang digerakkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan. Harapanya masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri, pasar, maupun masyarakat dapat terselesaikan.
Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Berry Juliandi menjelaskan riset memiliki kesinambungan antara riset dasar dan terapan. Untuk mewujudkan lulusan vokasi yang andal, maka diperlukan kesamaan visi dari semua pihak, baik pemerintah, industri, maupun stakeholder terkait pendidikan vokasi.
"Industri dan pendidikan vokasi perlu memiliki ruang bersama untuk lebih dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Melalui komunikasi yang baik, maka trust (kepercayaan) akan muncul," kata Berry.
Baca: Produksi Laptop Chromebook di Indonesia Bakal Libatkan Siswa SMK
Program riset keilmuan terapan dalam negeri-dosen perguruan tinggi vokasi akan memfasilitasi 51 proposal yang lolos dari serangkaian proses seleksi. Nantinya, proposal yang lolos akan mendapat pendanaan senilai Rp500 juta.
Berry menjelaskan jika program ini memiliki dua skema. Pertama adalah skema A, yaitu pengembangan riset terapan berdasarkan permasalahan nyata yang ada di dunia usaha dan industri hingga masyarakat.
Kedua, skema B, yaitu pengembangan riset terapan lanjutan atau riset pengembangan dari perolehan Kekayaan Intelektual (KI). Riset dilakukan berlandaskan adanya nilai ekonomi dan sosial bagi pada kebutuhan industri dan masyarakat.
Setiap pengusul harus memiliki tim periset yang anggotanya terdiri dari dosen atau kelompok dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa (minimal semester V), atau yang sedang melaksanakan tugas akhir atau proyek akhir maupun skripsi.
Adapun tema riset bisa dieksplorasi, meliputi bidang pariwisata, ekonomi kreatif, transportasi, energi baru dan terbarukan, kesehatan, konstruksi, pertanian, kemaritiman, kehutanan, sosial humaniora, atau bidang lainnya, serta pengembangan atau penerapan karya kekayaan intelektual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News