Pemberdayaan dengan menggabungkan penguatan kapasitas adaptasi dan model komunikasi partisipatif. Inisiatif ini telah dilakukan dalam bentuk riset aksi yang melibatkan kelompok tani di Desa Kendayakan, Trisi, Indramayu sejak 2022.
“Riset ini turut melibatkan mahasiswa IPB University secara aktif untuk menunjang penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Inisiatif diistilahkan dengan nama Kampus Petani dengan melibatkan dua prodi IPB University, yakni Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat serta Proteksi Tanaman. Melalui wadah ini, baik mahasiswa, akademisi, dan petani bisa saling belajar dan berbagi pengetahuan,” ujar Sarwititi dalam Aksi Kita Sapa Bumi bersama KRKP dengan tajuk Kampus Petani: Ruang Belajar dan Komunikasi Petani menghadapi Perubahan Iklim melalui Siaran radio 106,8 Pro 2 FM RRI Bogor, (29/10).
Sarwititi menyebut mahasiswa dituntut mengimplementasikan hasil pembelajaran di kampus ke lapangan. Mahasiswa juga ditantang mengenal praktik dan usaha tani.
“Dari sisi dosen, kami melihat ada kesempatan untuk memagangkan mahasiswa dan melakukan proses belajar yang didampingi oleh KRKP. Menurut saya, ketika Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa yang dituntut untuk memiliki program sendiri, namun kali ini dosen yang memiliki program lintas disiplin lalu mahasiswa yang menopangnya, rasanya akan jauh lebih efektif bagi masyarakat,” jelas dia.
Dia menyebut dari sudut pandang dosen, kegiatan ini merupakan bentuk pengajaran, pengabdian, dan penelitian. Sementara itu, dari sisi mahasiswa tidak hanya belajar namun terjun langsung ke lapangan. Tentu hal ini akan jauh lebih efisien.
“Kampus Petani tidak hanya berbagi pengetahuan terkait aspek teknis pertanian, namun aspek sosial turut dilibatkan. Dalam mempelajari pertanian tidak lepas dari manusianya, harus bersinergi antar disiplin ilmu,” kata dia.
Sarwititi mengatakan mahasiswa dapat turut mengecek realitas pertanian di lapangan. Proses belajar tidak hanya aktif sebagai mahasiswa, namun turut aktif sebagai fasilitator. Melalui pendekatan ini, baik mahasiswa dan petani akan saling belajar satu sama lain.
“Ketika kita memutuskan penelitian ini berbentuk participation research, metode ini menuntut kita untuk mendengar petani dulu. Lalu dilanjutkan dengan analisis masalah dan melakukan banyak Focus Group Discussion (FGD). Kita lebih banyak mendengarkan, bukan berbicara untuk memberitahu. Upaya ini demi menghubungkan pengetahuan petani yang berupa kearifan lokal dengan pengetahuan di tingkat akademisi,” ujar Sarwititi.
| Baca juga: Pastikan Keamanan Pangan, Pusat Studi Bencana IPB Tinjau IKN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News