Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hasan Chabibie, mengakui PJJ bukan model ideal. Terlebih, guru di Indonesia memang tidak pernah dipersiapkan untuk menjalankan PJJ.
"Jujur saja guru kita tidak didesain untuk menjalankan PJJ secara utuh 100 persen. Bahwa guru kita dibentuk untuk melakukan proses belajar di kelas," kata Hasan dalam webinar Bangun Optimisme Pendidikan Indonesia, Rabu, 30 Desember 2020.
Apa yang dihadapi guru di kelas tidak sama dengan apa yang dihadapi guru saat menjalankan PJJ. Menurutnya, wajar ketika guru di Indonesia merasa gagap memanfaatkan media yang ada dalam PJJ.
"Jadi jangan kemudian di head to head kelas pada masa normal dengan kelas waktu PJJ. Itu sama sekali tidak bisa," tambahnya.
Baca: Sekolah Dinilai Perlu Menghidupkan Budaya Berbeda Pendapat
Untuk itu Hasan merasa kesal ketika kemampuan guru itu direndahkan. Dia tidak terima guru disebut tidak berkualitas ketika menghadapi PJJ.
"Saya paling tidak terima guru kita itu dikatakan tidak berkualitas. Coba anda mengajar di lingkungan tidak ada internetnya, di lingkungan tidak ada TV dan dengan gaji Rp250 ribu sebulan," ungkap Hasan.
Menurut dia, improvisasi dan adaptasi yang dilakukan guru pada masa pandemi ini harus diapresiasi. Mereka tetap membangun optimisme bagi dunia pendidikan.
"Kita harus lihat optimisme guru-guru kita luar biasa, bagaimana ikhtiar guru itu mereka terus mensiasati keterbatasan mereka di masa PJJ. Kalau ada kekurangan mari kita perbaiki bersama," ujar Hasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
