CEO Next Generation Indonesia, Khemal Andrias, mengatakan pembahasan mengenai etika digital tak bisa lepas dari privasi. Menurut dia, privasi dalam literasi digital dibagi menjadi dua, yaitu privasi keamanan digital dan privasi etika digital.
"Privasi keamanan digital perlu dipahami agar masyarakat tidak jadi korban dari tindak kejahatan yang ada di dunia maya," kata Khemal dalam keterangan tertulis, Sabtu, 1 Juni 2024.
Khemal menjadi salah satu pembicara dalam webinar Obrol Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Etika Digital Sederhana Tapi Berdampak. Acara yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ini digelar pada Jumat, 31 Mei 2024 malam.
"Privasi itu adalah hak yang dimiliki semua orang. Jika kita paham privasi adalah hak, artinya tidak boleh melanggar batasan privasi tersebut," ujar Khemal.
Baca: Kemampuan Literasi dan Etika Digital Jadi Kunci Sukses Belajar Online |
Contoh paling relevan dari persoalan etika digital ini adalah kasus perempuan yang menertawakan perempuan lain yang tengah melihat sebuah poster di bioskop. Perilaku melecehkan itu lantas diunggah di media sosial.
Kontan unggahan itu langsung menjadi sasaran kebencian netizen. Bahkan, perekam langsung dikeluarkan dari tempat ia bekerja karena dianggap tidak memiliki etika yang baik.
Beretika di kolom komentar
Etika digital bukan hanya berlaku untuk para pengunggah konten, namun juga penting diterapkan oleh para netizen yang kerap mengisi kolom komentar orang lain. Hal itu mengingat sebuah kritikan harusnya disampaikan dengan beretika. Pasalnya, setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi kritikan orang lain."Tak semua orang kuat menghadapi komen-komen di media sosial. Ada yang langsung stres, ada yang langsung tutup akun, bahkan ada yang akunnya langsung di-private. Komen di media sosial kita segampang itu kan," kata Chief Content Paberik Soera Rakyat, Tio Utomo, yang juga menjadi pembicara di webinar OOTD.
Dari webinar ini terangkum bahwa etika digital dalam bermedia sosial penting diterapkan mulai dari hulu ke hilir. Baik untuk pembuat konten hingga penikmat konten. Jika etika digital dapat diterapkan di semua lapisan masyarakat, tujuan Indonesia untuk membentuk masyarakat yang terliterasi digital tentu akan cepat terwujud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News