Efikasi atau daya guna, terangnya, adalah hasil yang didapat dalam pengujian, pada kondisi yang ideal di mana semua faktor dikendalikan. Sementara efektivitas dilihat dari penerapan vaksin dalam kondisi nyata ketika program vaksinasi diterapkan kepada masyarakat sehingga angka efektivitas vaksin akan lebih rendah dari efikasinya.
“Dalam uji klinis tentang vaksin dosisnya tepat, penyimpanan terjamin, dan ketaatan pasien juga terjaga sehingga kondisinya ideal. Kalau sudah menjadi program ceritanya bisa lain, kalau vaksin dibawa ke puskesmas misalnya, dengan cara pemberian tidak standar akibatnya hasil guna menjadi berkurang,” terangnya, Rabu, 20 Januari 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca juga: Begini Cara Kerja I-nose, Alat Tes Covid-19 Lewat Bau Keringat Ketiak
Lebih lanjut ia menerangkan, efikasi dapat dihitung dari angka kejadian dari kelompok yang tidak diberi vaksin dikurangi angka kejadian dari kelompok yang diberi vaksin. Kemudian dibagi angka kejadian dari yang tidak diberi vaksin.
“Jadi, yang tidak diberi vaksin itu sebagai pembanding, sebagai refference category,” imbuhnya.
Ia memaparkan, model health belief bahwa kesediaan seseorang dilibatkan dalam kegiatan promosi kesehatan dipengaruhi di antaranya oleh persepsi keseriusan masalah yang dihadapi, persepsi kerentanan, persepsi manfaat dan hambatan, dan persepsi ancaman.
Hal tersebut juga dipengaruhi oleh modiying variable yang terdiri dari variabel demografi seperti kelas sosial, gender, dan usia, serta karakteristik psikologis seperti kepribadian dan peer group pressure.